Rabu 14 Aug 2024 13:28 WIB

Bersihkan Diri dari Dosa Horizontal

Dosa horizontal bisa membuat amal kebajikan sia-sia bagi pelakunya kelak di akhirat.

ILUSTRASI Umat Islam.
Foto: undefined
ILUSTRASI Umat Islam.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bukanlah manusia namanya jika tidak pernah berbuat salah. "Setiap manusia tentu pernah berbuat salah. Namun, sebaik-baik manusia yang bersalah adalah yang mengakui kesalahannya dan segera bertobat" (HR Tirmizi).

Dalam hidup ini manusia berhadapan dengan dua relasi, yaitu hablum minallah (interaksi dengan Allah) dan hablum minannas (dengan sesama manusia). Secara umum, fikih pun terbagi dua, yaitu ibadah dan muamalah. Yang satu berisi hukum tentang interaksi manusia dengan Allah, sedangkan yang lain mengatur ihwal manusia dengan sesamanya.

Baca Juga

Kesalahan manusia dalam menjalankan interaksinya akan melahirkan dua jenis dosa: dosa vertikal, yakn dosa manusia kepada Allah, dan dosa horizontal, yakni dosa manusia kepada sesamanya.

Di dunia dosa horizontal ini menjadikan manusia dijauhi oleh sesamanya, sedangkan di akhirat menyebabkan manusia bangkrut.

Suatu kali Rasulullah SAW bertanya pada para sahabatnya, "Tahukah kalian siapakah orang yang bangkrut itu?"

Mereka (para sahabat) menjawab, "Orang yang bangkrut menurut kami adalah orang yang sudah tidak memiki uang dan barang."

Rasulullah SAW bersabda, "Orang yang bangkrut di antara umatku adalah orang yang datang di hari kiamat dengan membawa pahala shalat, puasa dan zakat. Di samping itu ia juga membawa dosa sebab menghina, menuduh tanpa bukti, memakan harta yang bukan haknya, membunuh, dan memukul.

Sehingga, kebaikan-kebaikan (pahala)-nya diberikan kepada mereka yang pernah dia zalimi. Jika dosa kepada orang lain masih ada, sedangkan kebaikannya sudah tidak ada lagi, maka dosa orang yang pernah dia zalimi diberikan kepadanya. Selanjutnya, orang tersebut dilemparkan ke dalam neraka."

Maka, wajar kalau Rasulullah merasa takut dan khawatir dengan dosa horizontal ini. Abdullah bin Abbas bercerita, menjelang wafatnya, Nabi bersabda, "Wahai orang-orang Islam, aku adalah Nabi utusan Allah, pemberi nasihat dan pembawa kebenaran kepada kalian. Kedudukanku di antara kalian bagaikan seorang saudara atau seorang ayah yang sangat kasih kepada anak-anaknya. Apabila ada di antara kalian yang pernah merasa aku zalimi, maka aku berharap dia mau menuntutnya dariku di dunia ini, sebelum datangnya tuntutan yang amat dahsyat pada hari akhirat kelak."

Untuk itu, agar kita --sebagai manusia biasa yang tidak luput dari alpa dan dosa-- bahagia di dunia dan di akhirat, maka kita harus memperhatikan hukum-hukum menyangkut interaksi dengan sesama manusia, baik dalam skala kecil maupun besar.

sumber : Hikmah Republika oleh Muhammad Bajuri
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement