REPUBLIKA.CO.ID, REMBANG -- Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir mengunjungi proyek pabrik gula milik PT Wadah Karya Rembang di Kecamatan Sulang, Kabupaten Rembang, Senin (12/08). Pada kesempatan tersebut, ia melakukan panen demplot tebu dan uji coba mesin giling gula merah didampingi Direktur Utama PT. Wadah Karya Kamadjaya, Bupati Rembang Abdul Hafidz, dan mantan Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo.
Kunjungan Haedar ini tunjukkan Muhammadiyah peduli kemandirian pangan, khususnya produksi gula nasional, dan kesejahteraan petani tebu. Kehadirannya didampingi sejumlah pimpinan Muhammadiyah seperti Sekretaris PP Muhammadiyah Sayuti, Ketua Majelis Dikti Litbang Bambang Setiaji, Ketua Majelis Pemberdayaan Masyarakat Yamin, Ketua Lembaga Kajian dan Kemitraan Strategis Fajar Riza Ul Haq, Ketua Muhammadiyah Jawa Tengah Tafsir, Rektor Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jebul Suroso, dan Direktur Utama Suara Muhammadiyah Deni Asy’ari. Ia mengungkapkan keprihatinannya atas kondisi pengelolaan sumber daya alam yang belum sepenuhnya dinikmati oleh seluruh masyarakat.
“Sebagai bangsa besar yang dianugerahi tanah yang subur, miris rasanya menyaksikan kita masih terus mengimpor pangan dalam jumlah yang besar. Dulu, kita ini pengekspor gula terbesar kedua di dunia, tapi sekarang kita malah impor. Industri gula nasional harus bangkit. Kebijakan pemerintah harus berpihak pada kesejahteraan petani tebu”, tegas Haedar. Mengacu data BPS 2023, produksi gula hanya mencapai 2,4 juta ton. Untuk menutupi kekurangannya, pemerintah melakukan impor gula sebesar 6 juta ton. Kualitas tebu yang menurun padahal luas lahan meningkat menjadi salah satu persoalan mendasarnya. Oleh karena itu, Muhammadiyah berkomitmen untuk mendorong reformasi tata kelola sumber daya alam yang inklusif dan berkeadilan.
Disaksikan ratusan petani tebu, PT Wadah Karya Rembang dan Pimpinan Pusat Muhammadiyah menandatangani Nota Kesepahaman tentang penelitian dan pengembangan varietas tebu untuk konversi lahan terbengkalai dan eks tambang. Menurut Haedar, Perguruan Tinggi Muhammadiyah didorong melakukan riset untuk meningkatkan produksi tebu nasional dengan memperbaiki kualitas tebu, pengembangan agro-teknologi berbasis IT, dan praktik smart farming dalam perkebunan tebu.
“Sebagai orang yang telah bergelut puluhan tahun di industri gula, dukungan Muhammadiyah ini luar biasa. Ini dakwah ekonomi yang bisa membantu nasib petani tebu dan menyelamatkan produksi gula nasional. Saya bersyukur bisa bergandengan tangan dengan Muhammadiyah, ahli pertanian dari kampus-kampusnya bisa membantu kami. Kalau bisa unit usaha Muhammadiyah ikut terlibat mengelola dan menjadi mata rantai utama dalam distribusi gula”, ujar Kamadjaya yang pernah mendirikan Pabrik Gula Gendhis Multi Manis (GMM) di Blora.
Nota Kesepahaman tersebut mencerminkan komitmen Muhammadiyah untuk memperkuat pilar ekonomi umat dan kesejahteraan petani. Menurut Ketua LKKS PP Muhammadiyah Fajar Riza Ul Haq, kerjasama penelitian kedua lembaga ini menjadi pintu masuk bagi terjalinnya kemitraan lebih lanjut. Muhammadiyah mempunyai sumber daya yang bisa dioptimalkan untuk mendukung kemandirian pangan dan energi. Terlebih ini sejalan dengan komitmen presiden terpilih Prabowo ditengah ancaman krisis pangan dan konflik global, menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia.
“Rekam jejak organisasi ini di bidang pendidikan, kesehatan dan pelayanan sosial telah teruji tapi di sektor ekonomi dan kesejahteraan umat masih butuh kerja ekstra. Muhammadiyah mampu berkontribusi dalam mewujudkan agenda kemandirian pangan pemerintahan baru nanti, diantaranya dengan mengembangkan inovasi teknologi di bidang pertanian yang ramah lingkungan”, pungkas Fajar.