REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hadis riwayat Bukhari dari Abu Hurairah menyebutkan keterangan Nabi Muhammad SAW tentang ciri-ciri orang munafik. "Jika berbicara selalu berdusta, jika berjanji selalu ingkar, dan jika dipercaya selalu berkhianat."
Nifaq adalah nama perbuatan buruk itu. Pelakunya disebut sebagai munafik. Di luar tiga ciri itu, ada ciri lainnya. Simak hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari dari Abdullah bin Umar. Nabi SAW bersabda, "Ada empat dosa sifat yang jika seseorang memperlihatkan semua cirinya, dia sepenuhnya orang munafik. (Yaitu) jika dia punya salah satu ciri, dia dianggap memiliki unsur-unsur seorang munafik. Ciri-ciri itu adalah berkhianat, berdusta, ingkar janji, dan memaki lawan jika terdapat perbedaan pendapat."
Betapa cemasnya para sahabat Nabi SAW bila sampai mengidap empat ciri-ciri itu. Seperti disebutkan Ibnu Abi Mulaikah (wafat 117 Hijirah), "Aku bertemu dan berteman dengan 30 sahabat besar Nabi SAW yang selalu merasa ketakutan bila digolongkan sebagai munafik. Tidak ada seorang pun di antara mereka yang menyombongkan keimanan dan kesalehannya ataupun membual."
Betapa kuat dan teguh iman di dalam dada mereka, baik yang menjadi Muslim pada masa kehidupan Nabi SAW di Makkah maupun pada masa hijrah di Madinah atau juga pembebasan Makkah (Fathu Makkah). Dalam Alquran surah an-Nisa ayat 145 Allah SWT berfirman, yang artinya, "Sesungguhnya orang-orang munafik itu ditempatkan pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolong bagi mereka."
Berbeda daripada orang kafir dan musyrik, mereka yang memenuhi sifat-sifat munafik bisa saja menyatakan keislamannya. Mereka bisa memiliki nama-nama yang mulia, tetapi justru hanya bermanis muka di depan orang-orang. Ketika berkumpul dengan sesamanya, mereka ini tidak segan-segan mencerca Allah, Rasul-Nya, dan agama ini.
Sifat orang munafik mendekati orang fasik. Mereka mungkin saja masuk surga, tetapi hal itu setelah dicuci dosanya di neraka. Bahkan dalam satu riwayat, para sahabat yang disebutkan lisan Nabi SAW sebagai penghuni surga masih bersikap hati-hati (wara`).
Generasi setelah sahabat, tabi'in, juga berkomitmen untuk menjauhi sifat-sifat munafik. Misalnya, Ibrahim Tamini (wafat 92 Hijirah) yang bersahabat dengan beberapa sahabat Rasulullah SAW. Dia tidak ingin tergolong munafik, sampai-sampai dia sangat memerhatikan lisan dan perbuatannya sendiri, baik di kala ramai maupun sendiri.
"Setiap aku membandingkan ucapanku dengan perbuatanku, aku takut jika aku digolongkan sebagai seorang munafik, karena ada ucapanku yang berbeda dengan perbuatanku," kata dia.