REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lima orang muda Nahdliyin baru-baru ini menghebohkan publik Tanah Air. Sebab, kelima orang atas nama Gus Syukron Makmun, Zainul Maarif, Munawir Aziz, Nurul Bahrul Ulum, dan Izza Annafisah Dania itu sowan dengan Presiden Israel, Isaac Herzog. Padahal, ketika mereka menyambangi Israel, genosida yang dialami penduduk Palestina di Jalur Gaza masih berlangsung.
Menanggapi itu, Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah KH Saad Ibrahim menegaskan, tidak ada pengurus Persyarikatan yang pernah sowan pada pejabat Israel. "Ya pasti enggak ada menjadi seperti itu ya," ujar dia saat diwawancara Republika di sela-sela acara Konsolidasi Nasional Majelis Tabligh PP Muhammadiyah di Hotel Sofyan, Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (23/7/2024).
Menurut Kiai Saad Ibrahim, Israel adalah penjajah, sedangkan Palestina merupakan negeri yang hingga kini masih merasakan pahitnya penjajahan. Dalam konteks dakwah, lanjut dia, Muhammadiyah pun memilih untuk berjihad amar ma'ruf nahi munkar.
"Ketika kemudian simbol penjajahan itu ada pada pihak tertentu, saya kira itu menjadi bagian yang sangat dijauhi oleh Muhammadiyah. Dalam konteks berdakwah, ya berdakwah. Namun, dalam konteks yang kita harus jihad, ya jihad," ucap dia.
"Jihad artinya melawan. Perlawanan bisa dengan harta maupun nyawa dan sebagainya," sambung Kiai Saad.
Mantan ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur itu mengatakan, Persyarikatan akan selalu dan terus menyampaikan kepedulian terhadap rakyat Palestina. Dalam acara Konsolidasi Nasional Majelis Tabligh PP Muhammadiyah ini pun, pihaknya mengundang Duta Besar Palestina untuk Indonesia, Zuhair Al Shun.
Dalam kesempatan ini, PP Muhammadiyah juga menyerahkan bantuan untuk rakyat Palestina sebesar Rp 2 miliar. Penyerahan dilakukan secara simbolis kepada Dubes Palestina. Dana sebesar itu adalah amanah dari sahabat Ustaz Adi Hidayat (UAH), warga Muhammadiyah, masyarakat Indonesia, dan simpatisan.