Kamis 18 Jul 2024 09:59 WIB

Kekhalifahan Turki Utsmaniyah Lindungi Kaum Yahudi

Turki Utsmaniyah menyelamatkan kaum Yahudi dari gelombang anti-semitisme.

ILUSTRASI Masjid Biru di Istanbul, Turki. Dahulu, Kekhalifahan Turki Utsmaniyah lindungi kaum Yahudi
Foto:

Di ibu kota Ottoman, Konstantinopel, komunitas Yahudi mencapai 30 ribu orang. Pemerintah kota setempat juga mengizinkan berdirinya 44 sinagog baru. Sementara itu, di Salonika--kini bagian dari negara Yunani--kehadiran gelombang pengungsi tersebut mengubah wajah demografis kaum Yahudi setempat.

Sejak masa pemerintahan Beyezid II, jumlah orang-orang Yahudi Sefardim secara berangsur-angsur melampaui komunitas Yahudi Romania. Bahkan, budaya dan struktur sosial komunitas tersebut akhirnya melesap ke dalam tradisi Sefardim.

Dengan bertempat tinggal di wilayah Utsmaniyah, kelompok Yahudi Sefardim merasa seperti memperoleh "Andalusia kedua." Jadi, ketika Semenjung Iberia masih dikuasai Muslimin, mereka menikmati kehidupan yang penuh toleransi. Bahkan, banyak ahli sejarah sepakat, masa-masa di Andalusia itu memunculkan musim semi peradaban Yahudi.

Pemerintahan Islam di sana juga menerapkan meritokrasi. Alhasil, tak sedikit pejabat yang berasal dari kalangan umat Yahudi. Keadaan yang serupa juga dirasakan mereka di Ottoman, bahkan beberapa dekade sebelum Reconquista Andalusia pecah.

Pada 1453, Rabbi Isaac Tzarfati menulis surat kepada Dewan Yahudi Eropa Tengah. Tokoh Yahudi yang sebelumnya berhasil lari dari persekusi di Eropa Tengah itu memuji daerah tempat tinggalnya yang baru di wilayah Ottoman.

Dikatakan dalam suratnya, "Negeri ini (Turki Utsmaniyah) dirahmati Tuhan dan penuh kebaikan. Di sini (saya) menemukan kedamaian dan kebahagiaan. Kami (kaum Yahudi) tidak di tindas dengan pajak yang berat. Perniagaan kami dapat berlangsung bebas.Setiap kami dapat hidup dalam damai."

Sementara itu, Ottoman pun menuai buah manis dari kebijakannya yang hangat terhadap para pengungsi Yahudi Sefardim. Sebagai imbalan atas kebaikan pemerintahan Islam, mereka beserta anak keturunannya terus berkiprah di berbagai bidang, termasuk militer, perdagangan, serta ilmu pengetahuan. Kejayaan kekhalifahan pun kian berkibar.

Sebagai contoh, duo bersaudara Yahudi, David dan Samuel bin Nahmias, memasarkan mesin cetak pertama di Konstantinopel pada 1493. Mesin tersebut adalah teknologi mutakhir pada masa itu sehingga mempercepat produksi literatur dan dokumen, terutama naskah-naskah keagamaan dan birokrasi.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement