Kamis 19 Sep 2024 06:00 WIB

Guru Diminta Lebih Peka terhadap Siswa Berkebutuhan Khusus

Guru harus terus tambah pengetahuan dan keterampilan.

Rep: Muhyiddin/ Red: Erdy Nasrul
Guru mengajar siswa.
Foto: ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho
Guru mengajar siswa.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Untuk mengasah empati dan dukungan terhadap siswa berkebutuhan khusus, dosen Fakultas Psikologi Universitas Mercubuana menggelar Pelatihan Penguatan Pendidikan Inklusi di SMA Citra Alam Ciganjur, Jakarta Selatan. Pelatihan ini dipandu oleh psikolog anak dan remaja, Puti Maharani.

Puti menjelaskan pentingnya bagi guru untuk memahami berbagai jenis kebutuhan khusus siswa, serta bagaimana melayani kebutuhan tersebut dengan baik. Dia pun meminta para guru untuk lebih peka terhadap anak didiknya yang berkebutuhan khusus.

Baca Juga

"Guru perlu lebih peka terhadap kebutuhan setiap siswa dan mampu beradaptasi dengan metode yang tepat agar semua anak dapat belajar dengan nyaman," ujar Puti dalam keterangan tertulis yang diterima Republika di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Sementara itu, psikolog Mutiara Aisha Maghfira melatih para siswa menjadi pendamping sebaya bagi teman-teman mereka yang berkebutuhan khusus, guna mengembangkan rasa empati.

"Kami ingin siswa belajar tidak hanya akademik, tetapi juga bagaimana menghargai perbedaan dan mendukung teman-teman mereka yang membutuhkan bantuan ekstra," ujar Mutiara.

Antusiasme siswa dan guru terlihat jelas dari partisipasi aktif mereka selama pelatihan, menunjukkan komitmen mereka untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih inklusif di SMA Citra Alam Ciganjur.

"Saya senang sekali bisa belajar bagaimana membantu teman yang memiliki kebutuhan khusus, ini membuat saya lebih peduli pada orang lain," kata seorang siswa yang ikut dalam pelatihan.

Kegiatan yang digelar Rabu (11/9/2024) ini merupakan lanjutan dari Pelatihan Penulisan Website yang sebelumnya diselenggarakan pada 30 Juli 2024. Pelatihan ini merupakan bagian dari implementasi Hibah Program Kemitraan Masyarakat dari Direktorat Riset Teknologi dan Pengabdian Masyarakat Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Hibah ini diberikan kepada para dosen Fakultas Psikologi Universitas Mercubuana, yaitu Setiawati Intan Savitri, Afiyati, dan Nawindah.

Intan Savitri menjelaskan, pendidikan inklusi adalah filosofi yang menekankan bahwa setiap anak, terlepas dari kondisi fisik atau mentalnya, memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan di ruang kelas yang sama.

"Inklusi bukan hanya tentang menerima siswa dengan kebutuhan khusus, tetapi juga tentang menciptakan lingkungan di mana semua siswa bisa belajar dan berpartisipasi secara setara," ujar Intan

Ia menjelaskan, tujuan utama dari pelatihan ini adalah membekali para guru dengan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk menyelenggarakan pendidikan inklusi di SMA Citra Alam Ciganjur.

"Dengan cara ini, diharapkan sekolah dapat memberikan layanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan setiap siswa, termasuk mereka yang memiliki kebutuhan khusus, untuk belajar dalam lingkungan yang inklusif," ucap dia.

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan inklusi adalah hak bagi setiap anak, termasuk yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, maupun sosial. Hal ini juga ditegaskan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009, yang menyatakan bahwa setiap peserta didik berhak mendapatkan pendidikan sesuai kebutuhannya.

Namun, di SMA Citra Alam, banyak guru dan pendamping belum memiliki latar belakang pendidikan formal terkait Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Selain itu, informasi mengenai penyelenggaraan pendidikan inklusi di sekolah ini belum terpublikasikan dengan baik. Solusi dari permasalahan tersebut adalah menyalurkan hibah program kemitraan masyarakat DRTPM Kemendikbudristek dalam bentuk website khusus untuk SMA Citra Alam yang terpisah dari website sekolah induk, serta melatih guru dan siswa untuk menulis konten di website tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement