Senin 15 Jul 2024 17:47 WIB

Mengapa Bakti kepada Ibu Lebih Diutamakan?

Rasulullah SAW sampai menjawab tiga kali berturut-turut: 'Ibu'

Ilustrasi Berbakti kepada Orang Tua
Foto: Republika/Da'an Yahya
Ilustrasi Berbakti kepada Orang Tua

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nabi Muhammad SAW mengajarkan agar kita mendahulukan berbakti kepada ibu ketimbang ayah. Dikisahkan, seorang laki-laki datang kepada beliau shalallahu 'alaihi wasallam. Pria itu kemudian bertanya mengenai siapa yang lebih berhak untuk diperlakukan secara baik.

Beliau pun menjawab, "Ibumu." Tiga kali lelaki itu bertanya, tiga kali pula Rasulullah SAW menyebut "ibumu." Pada kali keempat, barulah kemudian Nabi SAW menyebut "Ayahmu."

Baca Juga

Mengapa Islam mengutamakan berbakti kepada ibu daripada ayah? Tentunya, hal itu lantaran Allah dan Rasul-Nya menyuruh demikian.

Bagaimanapun, terdapat alasan-alasan di balik betapa besar peran ibu. Dr Abdullah Nashin Ulwan dalam buku Pendidikan Sosial Anak menyebutkan dua sebabnya.

Pertama, ibu lebih banyak memperhatikan anak. Mulai dari urusan hamil, melahirkan, menyusui, merawat, hingga mendidik. Ini pun ditegaskan dalam Alquran surah Luqman ayat ke-14.

Artinya, "Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu."

Kedua, dalam diri ibu penuh dengan ikatan batin, cinta, kelembutan, kasih-sayang, dan selalu memperhatikan buah hati.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita tak jarang mendengar banyak orang yang terjerumus pada perbuatan maksiat karena meremehkan hak-hak ibu. Durhaka kepada ibu adalah awal runtuhnya tatanan sosial kita.

Namun demikian, saking cinta dan kasih sayangnya seorang ibu. Meski kita menyakiti hati dan merusak nama baiknya, seorang ibu akan melupakan perasaannya sendiri ketika kita ditimpa musibah.

Diriwayatkan, pada masa Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam, seorang pemuda yang bernama Alqamah mengalami sakit keras. Saat terbayang ajal akan datang menjemput, ia ternyata sulit mengucapkan kalimat tauhid, "Laa ilaaha illa Allah."

Belakangan diketahui, ia mengaku pernah dibenci ibunya. Si ibu merasa, putranya itu sudah terlalu mementingkan dan amat patuh kepada istrinya--ketimbang kepada ibunya sendiri.

Akhirnya, setelah ibunya memaafkan kesalahannya, Alqamah pun wafat.

"Wahai kaum Muhajirin dan Anshar," seru Nabi SAW saat menghadiri pemakaman Alqamah, "barangsiapa yang lebih mengutamakan istrinya daripada ibunya, maka ia akan dilaknat Allah. Tobat dan hari akhiratnya tidak diterima!"

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement