Kamis 20 Jun 2024 07:50 WIB

Kisah Dakwah Ulama di 'Kampung Maling'

Inilah kisah KH Raden Syamsul Arifin berdakwah di tengah masyarakat.

ILUSTRASI Kisah dakwah ulama di kampung maling.
Foto: pp salafiyah syafiiyah
ILUSTRASI Kisah dakwah ulama di kampung maling.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- KH Raden Syamsul Arifin merupakan seorang ulama besar dalam sejarah Indonesia. Khususnya bagi warga Nahdliyin, ia dikenang sebagai pendiri Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo Situbondo, Jawa Timur. Kelak, putranya yang bernama Raden As'ad menjadi salah satu wasilah pendirian jam'iyyah Nahdlatul Ulama (NU).

Lahir dengan nama Ibrahim pada tahun 1841 M, secara nasab KH R Syamsul Arifin masih keturunan Wali Songo. Seperti dijelaskan dalam buku KHR As’ad Syamsul Arifin: Riwayat Hidup dan Perjuangannya, Ibrahim alias Raden Syamsul Arifin tumbuh besar dalam lingkungan santri, khususnya di Pesantren Kembang Kuning di Desa Lancar, Pamekasan, Madura.

Baca Juga

BACA JUGA: Bahar Smith Murka ke Rhoma Irama Soal Ajaran Habib Nyeleneh

Saat berusia 12 tahun, Syamsul Arifin belajar di Ponpes Sidogiri, Jawa Timur. Di sana, kecerdasannya tampak menonjol. Bahkan, dalam beberapa bulan ia sudah diizinkan untuk menjadi asisten ustaz.

Dari Sidogiri, Syamsul Arifin meneruskan pendidikan ke Ponpes Langitan, Tuban. Setelah itu, ia kembali ke Madura untuk menuntut ilmu pada Kiai Kholil di Bangkalan. Seiring waktu, ia kian dekat dengan ulama karismatik berjulukan "syaikona" itu.

Berdakwah di sarang maksiat

Setelah menjadi santri Syaikhona Kholil Bangkalan, Kiai Syamsul Arifin pulang ke kampung halaman. Ia telah meneguhkan tekad untuk menekuni jalan dakwah Islam.

Baca di halaman selanjutnya...

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement