Senin 03 Jun 2024 14:15 WIB

Belajar Toleransi dalam Ibadah dari Para Ulama

Para ulama mencontohkan toleransi dalam tata cara ibadah.

 Belajar Toleransi dalam Ibadah dari Para Ulama. Foto: Sholat Berjamaah (ilustrasi)
Foto: Republika/Prayogi
Belajar Toleransi dalam Ibadah dari Para Ulama. Foto: Sholat Berjamaah (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Fuji Eka Permana

Belakangan kerap terdengar ada pemuka agama yang mencela amal ibadah orang lain yang berbeda dengannya. Padahal, cara ibadah orang yang berbeda ini masih memiliki dalil-dalil yang kuat.

Baca Juga

Sementara sebelumnya, semangat toleransi dan saling menghargai dalam perbedaan  tata cara ibadah  sudah ditunjukkan oleh para ulama. Perlu adanya  pemahaman untuk  menjalani ajaran  agama dengan pemahaman yang  moderat.

Suatu ketika Prof Dr Syaikh Abdurrahman bin Abdul Aziz bin Muhammad as-Sudais menjadi imam di Masjid Istiqlal. Orang-orang di Masjid Istiqlal penasaran dengan bacaan sholat Syaikh Abdurrahman as-Sudais.

Syaikh Abdurrahman as-Sudais saat membaca surat Al-Fatihah dan surat lain setelah Al-Fatihah dalam Sholat Jumat, Bismillahirrahmanirrahim dibaca secara jahr (jelas).

Awalnya, orang-orang yang menjadi makmum menyangka Syaikh Abdurrahman as-Sudais akan membaca Bismillahirrahmanirrahim secara sirr (dengan suara pelan) seperti di Makkah. 

Pada rakaat kedua Sholat Jumat, barulah Syaikh Abdurrahman as-Sudais membaca Bismillahirrahmanirrahim secara sirr.

Mengenai  hal ini,  Ulama asal Riau  Prof Ustadz Abdul  Somad mengatakan, Syaikh Abdurrahman as-Sudais ingin menunjukan bahwa membaca Bismillahirrahmanirrahim secara jahr dan sirr, keduanya ada dalam hadits. "Mau jahr atau sirr, tidak usah kita berkelahi," ujar UAS.

Kisah lainnya, ketika di masa lalu, perjalanan haji masih menggunakan kapal laut. Pada waktu itu, terjadilah kisah yang sangat bisa diteladani oleh umat Islam dalam menjaga kerukunan dan persatuan.

Di atas kapal laut tersebut, ada dua ulama terkemuka yakni pemimpin Nahdlatul Ulama (NU) KH Idham Cholid dan pemimpin Muhammadiyah Buya Hamka. Keduanya, dikisahkan melaksanakan sholat Subuh berjamaah dalam satu ruangan dalam perjalanan ke Tanah Suci.

Pada waktu itu, yang menjadi imam adalah KH Idham Cholid. Namun, para jamaah Nadhlatul Ulama heran saat KH Idham Cholid yang biasa membaca doa qunut saat sholat Subuh, tapi kali itu tidak membaca doa qunut.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement