Sabtu 23 Aug 2025 16:12 WIB

Bantah Status Kelaparan di Gaza, Netanyahu Malah Bilang Begini

Israel terus lakukan serangan intensif di Jalur Gaza.

Rep: Fitrian Zamzami / Red: Nashih Nashrullah
Seorang penyandang disabilitas Palestina, Mohammad Ihsan al-Sawwafiri berusia 35 tahun meninggal akibat kelaparan saat dibawa ke Rumah Sakit Baptis Al-Ahli di Kota Gaza, Palestina, Ahad (20/7/2025). Al-Sawwafiri menderita malnutrisi, meninggal dunia di tengah kekurangan makanan dan obat-obatan yang parah akibat blokade dan serangan militer Israel di Jalur Gaza. Dalam 24 jam terakhir, 18 orang meninggal di Gaza karena kelaparan, kata Kementerian Kesehatan Gaza. Sedikitnya 86 orang di Gaza, termasuk 76 anak-anak dan 10 orang dewasa, meninggal dunia akibat kelaparan dan malnutrisi menyusul blokade israel.
Foto: Hamza Qraiqea/Anadolu via Reuters
Seorang penyandang disabilitas Palestina, Mohammad Ihsan al-Sawwafiri berusia 35 tahun meninggal akibat kelaparan saat dibawa ke Rumah Sakit Baptis Al-Ahli di Kota Gaza, Palestina, Ahad (20/7/2025). Al-Sawwafiri menderita malnutrisi, meninggal dunia di tengah kekurangan makanan dan obat-obatan yang parah akibat blokade dan serangan militer Israel di Jalur Gaza. Dalam 24 jam terakhir, 18 orang meninggal di Gaza karena kelaparan, kata Kementerian Kesehatan Gaza. Sedikitnya 86 orang di Gaza, termasuk 76 anak-anak dan 10 orang dewasa, meninggal dunia akibat kelaparan dan malnutrisi menyusul blokade israel.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV— Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Jumat (23/8/2025) menolak laporan dari organisasi Klasifikasi Progresif Terpadu untuk Ketahanan Pangan (IPC) yang menyatakan bahwa Kota Gaza dan daerah sekitarnya secara resmi menderita kelaparan dan menggambarkan laporan tersebut sebagai kebohongan besar.

Organisasi-organisasi internasional dan para pejabat Barat telah bergabung untuk mengutuk blokade Israel yang terus berlanjut di Jalur Gaza setelah PBB dan para ahli internasional secara resmi menyatakan kelaparan yang meluas di wilayah Palestina yang terkepung untuk pertama kalinya di Timur Tengah.

Baca Juga

Netanyahu, yang menjadi buronan Mahkamah Pidana Internasional (ICC), mengatakan dalam sebuah pernyataan, Israel tidak mengejar kebijakan pelaparan, tetapi kebijakan yang dia terapkan untuk mencegah kelaparan.

“Sejak awal perang, Israel telah mengizinkan dua juta ton bantuan masuk ke Jalur Gaza, lebih dari satu ton bantuan per orang,” kata dia dikutip dari Aljazeera, Sabtu(23/8/2025).

Namun, organisasi-organisasi internasional, termasuk Program Pangan Dunia (WFP), UNICEF, dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), mengonfirmasi adanya krisis pangan yang parah di luar batas kemanusiaan di Gaza.

Ini tergambar dari fakta di lapangan tanpa adanya akses pangan yang berkelanjutan, tingginya angka malnutrisi pada anak-anak, dan meningkatnya risiko kematian bagi ribuan orang, terutama anak-anak di bawah usia lima tahun.

IPC Food Security yang didukung oleh PBB mengatakan bahwa lebih dari setengah juta orang di Gaza menghadapi kondisi kelaparan, kemelaratan dan kematian, dan memprediksi bahwa kelaparan akan meluas ke Deir al-Balah (pusat) dan Khan Younis (selatan) pada akhir bulan ini, dan menyerukan untuk menghentikan kelaparan di Gaza dengan cara apapun.

BACA JUGA: Perang Iran Israel Segera Meletus dalam Skala Lebih Besar dan Mengerikan?

Observatorium organisasi ini, yang terdiri dari para ahli dari berbagai negara, melanjutkan bahwa malnutrisi akut akan memburuk dengan cepat di Jalur Gaza hingga Juni 2026.

IPC adalah lembaga yang diakui secara internasional IPC adalah mekanisme yang diakui secara internasional yang terdiri dari Perserikatan Bangsa-Bangsa, organisasi kemanusiaan, dan pemerintah.

Badan ini sebelumnya telah mendeklarasikan kelaparan dalam kasus-kasus yang jarang terjadi seperti di Somalia pada 2011, Sudan Selatan pada 2017 dan 2020, dan Darfur pada 2024.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement