Selasa 28 May 2024 19:03 WIB

Muhammadiyah Salafi Alias Musa, Perbedaan Keduanya, dan Respons Prof Syafiq Mughni  

Muhammadiyah tegaskan perbedaannya dengan Salafi

Rep: Fuji E Permana / Red: Nashih Nashrullah
Logo Muhammadiyah. Muhammadiyah tegaskan perbedaannya dengan Salafi
Foto:

Pertama, meski Muhammadiyah dan salafi sama-sama memiliki slogan kembali pada Alquran dan Al Sunah, namun metode pembacaannya berbeda.

Menurut Agung, Muhammadiyah memahami dengan menggunakan akal pikiran yang sesuai dengan jiwa ajaran Islam. Salafi memahaminya secara literal. Pemahaman literal inilah yang membawa mereka pada pendapat tersulit dengan dalih kehati-hatian.

Kedua, dalam wacana kemodernan, Muhammadiyah menerima kemodernan dan melakukan modernisasi. Salafi menolak modernisasi, tapi menerima produk teknologi.

“Muhammadiyah menerima budaya barat yang sesuai dengan ajaran Islam dan menolak yang tidak sesuai. Salafi menolak budaya Barat,” kata Agung dalam Pengajian Ramadhan 1444 H pada Sabtu (25/3/2023).

Ketiga, pada persoalan budaya lokal, Muhammadiyah menerima budaya lokal dan melakukan islamisasi terhadap budaya lokal yang tidak sesuai. Sementara Salafi menolak budaya lokal dan mengacu pada budaya Arab yang tergambar dalam hadis.

Keempat, Muhammadiyah melakukan amar maruf secara individual dan kelembagaan. Secara individual dilakukan melalui pengajian, kultum dan tabligh. Secara kelembagaan dilakukan secara sistematis melalui amal usaha.

Nahi Munkar dilakukan secara sistemik. Salafi melakukan dengan tahdzir dan hajr al-mubtadi’. Tahdzir adalah memperingatkan. Hajr al-mubtadi’ adalah mengisolasi/ menyingkirkan pelaku bidah.

Kelima, Muhammadiyah mendirikan NKRI dan memperjuangkannya agar menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur. Sementara dalam tubuh salafi terdapat perbedaan pandangan.

Salafi Yamani patuh pada pemerintah NKRI tapi pasif. Dakwah mereka terfokus pada pembinaan akidah dan akhlak. Sedangkan Salafi Haraki dan Jihadi ingin mengganti dengan pemerintahan atau negara Islam.

“Muhammadiyah memandang NKRI sudah cukup, tinggal mengisinya agar sesuai dengan ajaran Islam. Salafi Yamani apolitik (tidak peduli politik), tetapi mengidolakan kehidupan berbangsa seperti zaman Nabi. Salafi Haraki dan Jihadi memperjuangkan terbentuknya negara Islam,” jelas Agung.

 

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement