REPUBLIKA.CO.ID, KENDAL -- Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCI NU Tiongkok) akan melakukan agenda keliling Nusantara selama Ramadhan. Sebagai pembuka, PCI NU Tiongkok menggelar seminar tentang "Santri Indonesia di Tiongkok" di Pondok Pesantren Darul Amanah Sukorejo Kendal, Jawa Tengah, pada Jumat (8/3/2024).
Dalam roadshow-nya, PCI NU Tiongkok akan menyampaikan informasi tentang studi, beasiswa, dan peluang lainnya di China untuk para santri atau masyarakat Indonesia. Mereka juga akan memberikan gambaran tentang kehidupan, pengalaman santri, dan Islam di China. Ada juga pemaparan perspektif tentang China secara budaya, ekonomi, dan sosial, serta berpartisipasi dalam mendukung dan penguatan hubungan bilateral Indonesia dan China di level masyarakat.
Terdapat 6 lokasi yang akan menjadi tempat seminar dari PCI NU Tiongkok yang telah diagendakan. Setelah agenda di PP Darul Amanah Sukorejo Kendal, agenda selanjutnya ke Kampus Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Pontianak Kalimantan Barat (16/3/2024), Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) dan UIN Ar Raniry Banda Aceh pada (19/3/2024), UNU Mataram NTB (23/3/2024) dan yang terakhir di kota Indramayu Cirebon Jawa Barat (30/3/2024).
Rois Syuriah PCI NU Tiongkok Kiai Ahmad Syaifuddin Zuhri yang menjadi pemateri mengatakan, dakwah di China lebih menggunakan metode dakwah bil hal. "Di negeri Tiongkok, kegiatan dakwah lebih mengutamakan kemampuan kreativitas perilaku dai secara luas atau yang dikenal dengan action, approach, atau perbuatan nyata dengan perilaku sehari-hari," ucap Kiai Zuhri dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id.
Dia mengatakan, tidak bisa sembarangan orang bisa menjadi imam masjid di China. Yang menjadi masjid adalah mereka yang benar-benar berasal dari pondok pesantren dan harus diverifikasi oleh instansi di sana. Imam masjid pun digaji oleh Pemerintah China.
Dia mengatakan, harapan PCI NU Tiongkok adalah semakin banyak santri Indonesia yang menimba ilmu di China. "Yang sedang populer di negara Tiongkok itu maju dalam soal engineering dan IT-nya. Beasiswa di sana tidak ada ikatan selanjutnya, artinya begitu kita lulus justru disarankan untuk pulang dan berkontribusi di negaranya sendiri," ujarnya.
Antusiasme terhadap seminar tersebut dinilainya cukup tinggi. Hal ini terlihat dari jumlah peserta yang mencapai 1.000-an orang dan didominasi kalangan santri. Salah satu santri Habibah Nabila asal Semarang mengatakan, pemahamannya selama ini mengenai China masih nol. Dengan adanya seminar tersebut, memantik rasa ingin tahunya tentang kehidupan di China. Dia berharap kelak mendapatkan kesempatan beasiswa ke Negeri Tirai Bambu itu.
Pengasuh Pondok Pesantren Darul Amanah Kendal KH Mas'ud Abdul Qodir mengapresiasi peran santri di China. "Dengan datangnya santri ke pondok yang 8 tahun menimba ilmu di negeri Tiongkok ini, mudah-mudahan dapat menginspirasi santri dari kami untuk meneruskan studi ke Tiongkok. Mungkin kita tahu ada info beasiswa, tapi alur untuk masuk ke sana itu yang perlu diperhatikan dan dicatat," ucap Kiai Mas'ud.