REPUBLIKA.CO.ID, RAFAH –Sekelompok pria bersenjata dengan topeng melakukan patroli untuk mencegah pedagang mengambil keuntungan berlebih pada warga Palestina di Rafah, selatan Gaza. Di mana jutaan orang Palestina mengungsi untuk menghindari serangan udara dan darat Israel.
Sudah lima bulan Israel menggelar serangan udara, laut dan udara ke pemukiman Palestina itu. Harga-harga di Gaza melonjak karena akses ke barang-barang impor diputus sejak 7 Oktober lalu dan hanya sedikit bantuan kemanusiaan yang dapat masuk.
Kini sebagian besar dari 2,3 juta populasi Gaza mengungsi di Rafah yang terletak dekat perbatasan dengan Mesir. Sebagian besar tinggal di tenda-tenda dan tempat penampungan sementara.
Foto-foto di media sosial menunjukkan orang-orang mengenakan penutup wajah ski dengan tudung berdiri di samping-samping toko di pasar. Salah satu foto menunjukkan dua orang pria membawa senjata api laras panjang, foto lainnya menunjukkan enam orang membawa tongkat panjang.
Seorang pria dengan tongkat juga mengenakan ikat kepala dengan slogan "Komite proteksi publik." Seorang pria yang menggambarkan dirinya sebagai anggota kelompok itu mengatakan aksi mereka diperlukan untuk menegakan hukum dan ketertiban karena polisi tidak lagi berpatroli di jalan-jalan setelah menjadi target serangan Israel.
"(Aksi ini bertujuan) untuk mengawasi harga dan menghukum orang-orang yang mengeksploitasi kebutuhan masyarakat," kata pria yang berbicara lewat sambungan telepon dan tidak bersedia disebutkan namanya, Kamis (29/2/2024).
Seorang lulusan universitas yang melarikan diri dari Kota Gaza, Mohammad Abuemad mengatakan ia melihat patroli itu di Kota Rafah pada Rabu (28/2/2024).
Ia mengatakan polisi biasanya sering terlihat di Rafah sampai serangan-serangan terbaru mengincar mereka. Polisi biasanya bertanggung jawab mengatur antrian panjang di toko roti, pasar swalayan dan bank.
Abuemad mengatakan ia khawatir dengan kemunculan orang-orang bertopeng ini yang memaksakan ketertiban umum ini.
"Mungkin mereka baik tapi kami berharap mereka bertindak adil pada masyarakat, kami lebih memilih perang berakhir sehingga pasukan polisi yang sebenarnya dapat kembali bertugas," katanya.
Jumlah kematian di Jalur Gaza sejak meningkatnya konflik Hamas-Israel telah melampaui 30.000 jiwa, dengan mayoritas dari mereka adalah perempuan dan anak-anak, kata Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus pada Kamis.
“Korban tewas di Gaza telah melampaui 30 ribu orang – sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak,” tulis Tedros dalam platform X.
Kementerian Kesehatan Palestina juga mengatakan bahwa 70.215 warga Palestina lainnya menderita luka-luka dalam periode yang sama.
Dalam 24 jam terakhir, militer Israel melakukan 11 aksi pembantaian di Jalur Gaza sehingga menyebabkan 96 orang gugur dan 172 lainnya luka-luka.
"Ada banyak orang yang masih terjebak di bawah reruntuhan dan di jalan, sementara tim penyelamat tidak bisa menjangkau mereka," kata kementerian tersebut.
Israel telah menggempur Jalur Gaza sejak serangan lintas batas yang dilakukan kelompok perlawanan Palestina Hamas pada 7 Oktober, yang diyakini telah menyebabkan hampir 1.200 warga Israel tewas.
Sekitar 85 persen warga Gaza telah mengungsi akibat agresi Israel tersebut dan seluruh warga Palestina di sana menderita kerawanan pangan, menurut PBB.
Ratusan ribu orang tidak punya tempat berlindung, sementara jumlah truk bantuan yang memasuki wilayah tersebut berkurang hingga kurang dari separuhnya jika dibandingkan dengan sebelum konflik.
Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional. Lewat putusan sementara pada Januari, mahkamah itu memerintahkan Israel untuk menghentikan aksi genosida dan mengambil tindakan untuk memastikan bahwa bantuan kemanusiaan dapat disalurkan kepada warga sipil di Gaz
Genjatan senjata
Presiden AS Joe Biden mengatakan Israel telah setuju untuk menghentikan kegiatan militer di Gaza selama bulan suci Ramadhan.
Persetujuan ini datang saat Hamas tengah mempelajari rancangan proposal untuk gencatan senjata yang mencakup jeda dalam pertempuran dan pertukaran tahanan-sandera.
Sumber senior Hamas yang dekat dengan pembicaraan gencatan senjata di Paris, mengatakan bahwa selama gencatan senjata tersebut, rumah sakit dan toko roti di Gaza akan diperbaiki, serta 500 truk bantuan akan memasuki jalur gaza setiap hari. Ini adalah upaya paling serius dalam beberapa minggu untuk mengakhiri konflik yang meletus sejak Oktober tahun lalu.
Joe biden mengatakan Israel telah setuju untuk tidak terlibat dalam aktivitas militer selama Ramadhan, juga untuk memberikan kita waktu untuk mengeluarkan semua sandera.
Ramadhan diperkirakan akan dimulai pada malam 10 Maret 2024 dan berakhir pada malam 9 April 2024.
Baca juga: Alquran Sebut Langit Tercipta Hingga 7 Lapisan, Begini Penjelasan Ilmiahnya
Pernyataannya ini direkam pada hari Senin (26/2/2024) dan disiarkan di acara NBC "Late Night with Seth Meyers” pada Selasa (27/2/2024).
Biden mengatakan, Israel telah berkomitmen untuk memungkinkan orang-orang Palestina mengungsi dari Rafah di selatan Gaza sebelum mengintensifkan kampanyenya di sana untuk menghancurkan Hamas.
Biden, berharap bahwq gencatan senjata dapat dimulai pada Senin berikutnya. “Ada terlalu banyak orang tak berdosa yang dibunuh. Dan Israel telah memperlambat serangan di Rafah," kata Biden, menambahkan bahwa gencatan senjata sementara akan memulai proses bagi Palestina untuk memiliki negara mereka sendiri.