Kamis 21 Dec 2023 17:36 WIB

Eksploitasi Genosida di Gaza, Ekstremis Israel Putarbalikkan Status Quo Al Aqsa

Al-Aqsa sekarang menjadi target utama sistem politik Israel.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Ani Nursalikah
Sebuah kendaraan lapis baja zionis Israel melewati seorang jamaah Muslim Palestina yang dilarang memasuki Masjid Al-Aqsa salat di luar Kota Tua Yerusalem, Jumat (10/11/2023).
Foto:

Baruch Marzel, mantan sekretaris faksi partai Kach yang dipimpin supremasi Yahudi Meir Kahane, juga membantu mengatur unjuk rasa tersebut. Aktivis dari Jewish Truth, sebuah organisasi Kahanis yang diketuai Marzel, juga berpartisipasi dalam acara provokatif tersebut.

Meski sempat dianggap sebagai gerakan pinggiran, para aktivis Temple Mount menganjurkan penghapusan otoritas Wakaf Yordania atas Haram al-Sharif, kendali penuh Yahudi atas kompleks tersebut, dan pembalikan status quo yang mewajibkan hanya umat Islam yang boleh sholat di tempat ibadah tersebut.

Beberapa orang dalam kelompok payung ini juga mempromosikan pembangunan Kuil Yahudi Ketiga di Haram al-Sharif, yang menyiratkan pembongkaran Kubah Batu dan Masjid Al-Aqsa. Popularitas gerakan ini telah meningkat pesat selama beberapa dekade ketika kubu Zionis liberal terpecah dalam lembaga politik Israel dan sayap kanan dengan bangkitnya Partai Likud pimpinan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, mengambil alih kekuasaan.

Pada akhirnya politik Israel telah mencapai puncaknya pada pemerintahan koalisi paling sayap-sayap dalam sejarah negara tersebut. Sekarang dengan adanya aktivis Temple Mount, gerakan ini telah menjadi arus utama dan beralih dari kelompok pinggiran masyarakat menjadi bagian dari wacana politik nasional.

"Mereka sekarang adalah polisi, mereka adalah keamanan, mereka adalah menteri, mereka adalah pemerintah, mereka mendefinisikan Israel. Inilah mengapa Al-Aqsa menjadi pusat perang Israel-Hamas saat ini," kata jurnalis Palestina Ramzy Baroud.

Hamas menyebut serangannya...

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement