REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan telah membina sebanyak 10.469 santri dari 101 pondok pesantren di seluruh Indonesia lewat program Santripreneur yang bertujuan menumbuhkan pelaku industri atau wirausaha baru (WUB) di lingkup pondok pesantren.
"Saya sangat mendukung peran para santri dalam menciptakan kemandirian pondok pesantren dan pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar," kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Dia menyebutkan, pondok pesantren selama ini telah menjadi ekosistem yang berpeluang besar dalam upaya menumbuhkan para pelaku WUB dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki. Oleh karena itulah, Kemenperin kemudian menginisiasi dan menjalankan program Santripreneur.
Upaya meningkatkan jumlah pelaku WUB diyakini akan dapat mendorong penciptaan dan perluasan lapangan kerja.
"Namun demikian, langkah strategis ini perlu melibatkan kolaborasi antar- stakeholder dalam rangka menumbuhkan jiwa kewirausahaan di kalangan para santri dan generasi muda," ujarnya.
Pada Kamis (30/11) lalu, Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (Ditjen IKMA) menggelar acara puncak seremonial program Santripreneur tahun 2023 yang diselenggarakan secara hybrid di Pondok Pesantren Darussyifa Al Fitroh Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Kegiatan ini mengusung tema "Santri Berindustri Jayakan Negeri".
Direktur Jenderal IKMA Kemenperin Reni Yanita mengemukakan, berdasarkan data Kementerian Agama sampai semester II tahun 2023, jumlah pondok pesantren di Indonesia diperkirakan mencapai 39.167 unit yang tersebar di seluruh provinsi dengan total santri sebanyak 4,85 juta orang.
Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah pondok pesantren terbanyak di Indonesia, tercatat sekitar 12.121 pondok pesantren. Selanjutnya, menyusul Jawa Timur dengan jumlah 6.745 pondok pesantren, dan Jawa Tengah sebanyak 5.084 pondok pesantren.
"Dengan jumlah pondok pesantren dan santri yang cukup besar, pondok pesantren memiliki potensi yang strategis untuk mendukung pembangunan ekonomi nasional serta berperan strategis dalam mendukung pertumbuhan industri manufaktur di Indonesia," ujarnya.
Menurut Reni, program Santripreneur memiliki kurikulum kejuruan atau kewirausahaan, dengan jenis kegiatannya antara lain bimbingan teknis produksi, fasilitasi mesin/peralatan, serta materi kewirausahaan dan digital marketing yang diberikan sesuai dengan potensi dan kebutuhan masing-masing pondok pesantren.
Melalui program Santripreneur ini, pondok pesantren dapat turut berkontribusi lebih besar terhadap pembangunan ekonomi daerah dan nasional.
"Saya juga mendorong para santri yang sedang bergabung dalam program Santripreneur untuk menjadi santri milenial, yaitu santri yang mampu berproduksi dengan baik serta menguasai perkembangan teknologi digital dalam menjalankan unit usaha industrinya, atau yang ingin saya sebut dengan istilah Santri Milenial 4.0," kata Reni.
Program Santripreneur pada tahun 2023 ini dilaksanakan di enam pondok pesantren yang terdiri dari pesantren di Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Magelang, Kabupaten Kediri, Kabupaten Blitar, Kabupaten Bondowoso, dan Kabupaten Situbondo.
Fasilitasi yang telah diberikan kepada enam pondok pesantren tersebut selain bimbingan teknis wirausaha baru hingga mesin/peralatan produksi.