Ahad 03 Dec 2023 15:21 WIB

Kompleks Perumahan Donasi dari Qatar Hancur Lebur Akibat Gempuran Bom Israel

Lima serangan udara Israel menghujani lingkungan tersebut hanya dalam dua menit.

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Ani Nursalikah
Warga Palestina memasak di depan gedung keluarga mereka yang hancur akibat pemboman Israel di Jalur Gaza di desa Khuza
Foto:

Kampanye militer brutal Israel telah menewaskan lebih dari 15 ribu orang sejak diluncurkan pada tanggal 7 Oktober, dan ribuan lainnya dikhawatirkan terkubur di bawah reruntuhan.

Israel juga telah menghancurkan sebagian atau seluruh infrastruktur, termasuk rumah sakit, sekolah dan bangunan tempat tinggal. Ini menempatkan Gaza di bawah pengepungan total , memutus pasokan makanan, bahan bakar dan air ke 2,3 juta penduduk di wilayah tersebut.

Badan kemanusiaan PBB, OCHA, menyoroti pesan peringatan tersebut tidak menunjukkan ke mana penerima harus pergi. Ibrahim al-Jamal, seorang pegawai negeri berusia 40-an, mengatakan dia tidak memiliki internet, listrik atau bahkan radio untuk menerima informasi dan bahwa dia belum pernah melihat peta yang menunjukkan berbagai blok. Banyak orang di Gaza belum pernah mendengarnya dan hal itu tidak membantu karena pengeboman terjadi di mana-mana.

Badan-badan kemanusiaan mengatakan kelompok yang paling rentan di Gaza adalah sekitar 1,7 juta orang yang menjadi pengungsi. Banyak dari mereka tidak mempunyai akses terhadap telepon genggam dan harus bergantung pada selebaran peringatan yang dijatuhkan oleh pesawat. Selebaran itu tentu tidak terlihat dari dalam apartemen.

Pergi kemana?

Menurut organisasi darurat dan penyelamatan Pertahanan Sipil Jalur Gaza, dalam beberapa pekan terakhir ratusan keluarga pengungsi telah mengungsi di 3.000 apartemen di Kota Hamad. Mohammed Foura (21) yang pernah mengungsi dari Kota Gaza, mengatakan setengah jam sebelum serangan dia telah diperingatkan oleh warga lain untuk melarikan diri.

Mereka berteriak keluar ketika keluarga-keluarga menumpuk barang-barang mereka ke dalam mobil atau membawanya dalam bungkusan besar. Nader Abu Warda melarikan diri dari Jabalia, dekat Kota Gaza, pada awal perang dan tidak tahu lagi ke mana harus pergi atau apa yang harus dilakukan.

Dia, istri dan ketiga anaknya selama ini tinggal di apartemen temannya di kompleks tersebut. “Mereka mengatakan kepada kami Kota Gaza adalah zona perang, sekarang Khan Younis. Kemarin, mereka mengatakan evakuasi bagian timur Khan Yunis. Hari ini, mereka mengatakan evakuasi bagian barat. Kemana kami akan pergi sekarang, ke laut? Di mana kami akan menidurkan anak-anak kami?” ujar Abu Warda.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement