Selasa 31 Oct 2023 08:13 WIB

Akademisi Arab Saudi: Israel Paksakan Kebijakannya dalam Gaya Nazi

Israel memaksakan perang, membunuh, dan menyita tanah.

Rep: Mabruroh/ Red: Ani Nursalikah
Warga Palestina meninggalkan rumah mereka menyusul pengeboman Israel di Kota Gaza, Senin, 30 Oktober 2023.
Foto: AP Photo/Abed Khaled
Warga Palestina meninggalkan rumah mereka menyusul pengeboman Israel di Kota Gaza, Senin, 30 Oktober 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Profesor sosiologi politik Arab Saudi di Universitas King Saud di Riyadh, Khaled Al-Dakhil, mengatakan dunia harus menerima kenyataan Israel memaksakan kebijakannya dengan cara Nazi. Hal tersebut disampaikannya dengan tulisan melalui media sosial X.

“Israel memaksakan perang, membunuh dan menyita tanah, untuk membangun permukiman dan menggusur penduduk asli. Orang-orang Palestina telah mengakuinya (Israel), sementara (Israel) menolak untuk mengakui mereka. Itu menolak perdamaian. Siapa pun yang keberatan dituduh anti-Semitisme. Mereka membawa Nazisme bersama mereka dari Jerman. Mereka dan Nazisme mereka harus dihadapi,” tulis Al-Dakhil dilansir dari Middle East Monitor, Selasa (31/10/2023).

Baca Juga

Al-Dakhil sangat mengkritik serangan para pemimpin Israel terhadap Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres karena mengatakan serangan Hamas tidak terjadi dalam ruang hampa serta Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa yang menyerukan gencatan senjata di Gaza.

Dia menekankan Israel tidak akan berani mengambil posisi seperti itu tanpa dukungan Amerika dan Barat.

“Israel telah berani menuntut pengunduran diri Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa karena dia mengatakan bahwa apa yang dilakukan Hamas pada 7 Oktober tidak terjadi dalam ruang hampa. Menteri Luar Negerinya menggambarkan pernyataan Majelis Umum sebagai hal yang tercela. Perasaan para pemimpin Israel bahwa mereka mengendalikan keseimbangan kekuasaan di wilayah tersebut jelas dan dengan dukungan Amerika dan Eropa tanpa syarat. Orang-orang Arab dapat menetralisasi ini,” tulis Al-Dakhil.

Menteri Luar Negeri Israel berusaha keras melawan mayoritas yang memilih keputusan Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, untuk menghentikan pertempuran di Gaza dan tidak mengancam warga sipil. Dia menggambarkan keputusan itu sebagai hal yang tercela.

Stand tercela dengan Nazisme. Israel menganggap kebijakannya tidak tunduk pada kritik dari seluruh dunia, seperti yang biasa dilakukan Nazi," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement