Senin 23 Oct 2023 04:03 WIB

Berbeda dengan Inggris, Uskup Agung Canterbury Dukung Misi Kemanusiaan di Gaza

Israel masih melakukan agresi membabi buta ke Jalur Gaza

Rep: Mabruroh / Red: Nashih Nashrullah
Warga Palestina mencari korban selamat pasca bombardir Israel di Jalur Gaza di Deir Al-Balah, Ahad (22/10/2023). Israel terus melancarkan serangan udara ke wilayah Jalur Gaza yang mengakibatkan permukiman warga luluh lantak dan korban jiwa warga Palestina.
Foto: AP Photo/Hatem Moussa
Warga Palestina mencari korban selamat pasca bombardir Israel di Jalur Gaza di Deir Al-Balah, Ahad (22/10/2023). Israel terus melancarkan serangan udara ke wilayah Jalur Gaza yang mengakibatkan permukiman warga luluh lantak dan korban jiwa warga Palestina.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON — Berbeda dengan kebijakan resmi Inggris, Uskup Agung Canterbury, Justin Welby pada Ahad mengeluarkan seruan mendesak untuk gencatan senjata segera di Gaza dan mengakhiri pengeboman warga sipil Israel. 

Uskup agung bergabung dengan para pemimpin Kristen lainnya di Yerusalem untuk menuntut "gencatan senjata kemanusiaan segera sehingga makanan, air, dan pasokan medis penting dapat dengan aman dikirim ke lembaga bantuan yang melayani ratusan ribu warga sipil yang terlantar di Gaza".

Baca Juga

Pernyataan dari pemimpin gereja negara bagian Inggris ini secara langsung bertentangan dengan kebijakan Perdana Menteri Inggris, Rishi Sunak, yang pada pekan lalu memerintahkan Inggris untuk abstain pada resolusi gencatan senjata Perserikatan Bangsa-Bangsa. Namun, pernyataan pemimpin Gereja ini selaras dengan sekitar 100 ribu demonstran, yang berbaris melalui London pada Sabtu (21/10/2023) kemarin, menyerukan diakhirinya pemboman Israel di Jalur Gaza yang terkepung.

Pada 7 Oktober, ratusan pejuang Palestina menyerang komunitas Israel di dekat perbatasan dengan Gaza, menewaskan sekitar 1.400 orang Israel. Lebih dari 200 orang Israel ditawan dan dibawa kembali ke Gaza dalam serangan yang dipimpin Hamas.

Sejak itu, Israel telah melancarkan kampanye pengeboman tanpa henti di daerah kantong pantai, menewaskan lebih dari 4.300 orang Palestina. Mayoritas korban di kedua belah pihak adalah warga sipil, banyak dari mereka anak-anak.

Seruan uskup agung yang kuat untuk gencatan senjata, yang dikeluarkan bersama dengan para patriark dan kepala beberapa gereja Yerusalem, membuka keretakan yang belum pernah terjadi sebelumnya antara pendirian politik dan agama Inggris atas perang Gaza.

Baca juga: Daftar Produk-Produk Israel yang Diserukan untuk Diboikot, Cek Listnya Berikut Ini

Itu datang setelah serangan pada Kamis malam di sebuah gereja berusia 1.600 tahun, di mana sebuah bom Israel menghantam sebuah lampiran yang melindungi warga Palestina. Delapan belas orang, termasuk sembilan anak-anak, tewas dalam serangan itu.

Pernyataan para pemimpin gereja menyatakan "dalam istilah sekuat mungkin, kecaman kami terhadap serangan udara Israel yang meledak tanpa peringatan di kompleks gereja Ortodoks Saint Porphyrios di Gaza".

“Kami tidak dapat mengabaikan bahwa ini hanyalah contoh terbaru dari anak-anak yang tidak bersalah yang terluka atau terbunuh sebagai akibat dari serangan rudal terhadap tempat penampungan terakhir lainnya," tambahnya dilansir dari Middle East Monitor, Ahad (22/10/2023).

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement