REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama Palu Prof Sagaf S Pettalongi menyatakan pemerintah menghargai eksistensi dan peran santri dalam merawat dan menjunjung tinggi kemajemukan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
"Hari Santri menjadi representasi wujud nyata komitmen pemerintah dalam menghargai eksistensi dan peran santri di Tanah Air," kata Sagaf S Pettalongi, di Kota Palu, Sulawesi Tengah, Jumat (12/10/2023).
Pemerintah telah menetapkan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional. Melalui penetapan ini, Kementerian Agama dan seluruh jajarannya di tingkat pusat maupun daerah setiap tahun memperingati Hari Santri Nasional.
"Ini wujud konsistensi dan komitmen serta penghargaan yang diberikan oleh pemerintah melalui Kementerian Agama kepada santri," kata Sagaf yang merupakan guru besar sekaligus pakar manajemen pendidikan.
Sagaf yang juga tokoh moderat Sulawesi Tengah ini mengemukakan bahwa santri dan pondok pesantren telah memberikan kontribusi besar dalam keberlanjutan pembangunan peradaban manusia di berbagai sektor di Tanah Air.
"Perjuangan Hadratus Syekh Hasyim Asy'ari dengan para santri melawan penjajah lewat revolusi jihad menjadi sejarah yang tak terbantahkan bahwa santri berperan dalam kemerdekaan Indonesia, serta menjaga keutuhan dan kesatuan bangsa," katanya.
Dari perjuangan itu, menurut dia, Hadratus Syekh Hasyim Asy'ari dengan para santri di Tanah Air telah menorehkan semangat keberagamaan sekaligus semangat kebangsaan. Konsepsi keislaman dan kebangsaan dipadukan untuk menumbuhkan nasionalisme melawan penjajah kala itu.
"Beliau memadukan konsep dan praktik berislam sekaligus berbangsa dan bernegara, yang diteladani oleh umat, dalam merawat kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara dalam NKRI," ujarnya.
Hadratus Syekh Hasyim Asy'ari sebagai pendiri Nahdlatul Ulama (NU) tidak pernah lelah dalam melawan propaganda-propaganda yang dilakukan penjajah. Selain terus berupaya memperkokoh jam’iyah dan jamaah NU, Kiai Hasyim Asy’ari juga selalu mendorong persatuan umat Islam yang kala itu telah terwadahi di berbagai ormas Islam.
"Beliau menunjukkan sikap moderat, yaitu membangun hubungan komunikasi dengan berbagai organisasi Islam untuk persatuan yang tujuannya menguatkan peran dan eksistensi kebangsaan dan NKRI," kata Sagaf.