Jumat 25 Aug 2023 04:55 WIB

Bagaimana Alquran Tertua di Afrika Selatan Diselamatkan oleh Muslim Cape Town

Alquran tersebut dipajang di Masjid Auwal

Rep: Amri Amrullah/ Red: Esthi Maharani
Mushaf Alquran tulisan tangan
Foto: Republika/ Andrian Saputra
Mushaf Alquran tulisan tangan

REPUBLIKA.CO.ID, CAPE TOWN -- Sebuah Alquran yang ditulis tangan dengan rapi berada di Cape Town. Usia Alquran yang ditulis oleh imam asal Indonesia itu diperkirakan lebih dari 200 tahun. Imam ini diasingkan dari wilayah Indonesia ke ujung selatan Afrika oleh penjajah Belanda.

Ia juga menjadi kebanggaan Muslim Cape Town yang menjaga mushaf Alquran ini, dengan penuh hati-hati di sebuah masjid di distrik Bo Kaap yang bersejarah di kota ini.

Sejarah para pekerja bangunan menemukan mushaf ini, di dalam kantong kertas di loteng Masjid Auwal, ketika mereka membongkarnya sebagai bagian dari renovasi pada pertengahan tahun 1980-an.

Para peneliti meyakini bahwa Imam Abdullah bin Qadi Abdus Salaam, yang dikenal sebagai Tuan Guru, menulis Alquran dari hafalannya. Pada saat itu, ia telah dikirim ke Cape Town sebagai tahanan politik dari pulau Tidore di Indonesia pada tahun 1780.

Ia diasingkan oleh Belanda, sebagai hukuman karena ikut serta dalam gerakan perlawanan terhadap penjajah Belanda.

"Sangat berdebu, sepertinya tidak ada orang yang berada di loteng itu selama lebih dari 100 tahun," kata Cassiem Abdullah, anggota komite masjid, kepada BBC.

"Para tim pembangun juga menemukan sebuah kotak berisi teks-teks keagamaan yang ditulis oleh Tuan Guru."

Di dalamnya juga ditemukan Alquran yang tidak dijilid, terdiri dari halaman-halaman lepas yang tidak diberi nomor. Namun hampir semuanya berada dalam kondisi yang sangat baik, kecuali beberapa halaman pertama yang robek di bagian tepinya.

Tinta hitam dan merah yang digunakan untuk tulisan kaligrafi yang jelas terbaca dalam aksara Arab, dan masih dalam kondisi yang sangat baik. Kini jadi tantangan besar bagi komunitas Muslim setempat dalam upaya mereka melestarikan mushaf Alquran ini.

Sebab mushaf ini menjadi salah satu artefak paling berharga dalam warisan mereka yang kaya, yang berasal dari tahun 1694. Kewajiban mereka adalah memastikan bahwa semua halaman yang berisi lebih dari 6.000 ayat Alquran ditempatkan dalam urutan yang benar.

Tugas ini dilakukan oleh almarhum Maulana Taha Karaan, yang merupakan kepala ahli hukum dari Dewan Peradilan Muslim yang berbasis di Cape Town. Ia bertugas bersama dengan beberapa ahli Alquran setempat.

Keseluruhan proses perawatannya, yang diakhiri dengan penjilidan halaman-halamannya, membutuhkan waktu tiga tahun untuk menyelesaikannya.

Sejak saat itu, Alquran tersebut dipajang di Masjid Auwal, yang didirikan oleh Tuan Guru pada tahun 1794 sebagai masjid pertama di wilayah yang sekarang dikenal sebagai Afrika Selatan.

Tiga kali percobaan pencurian yang gagal terhadap kitab suci yang tak ternilai ini. Situasi tersebut, mendorong panitia untuk mengamankannya di dalam selubung anti api dan peluru di bagian depan masjid 10 tahun yang lalu.

Penulis biografi Tuan Guru, Shafiq Morton, meyakini bahwa cendekiawan muslim ini kemungkinan besar mulai menulis buku pertama dari lima salinan ketika ia ditahan di Pulau Robben.

Pulau Robben merupakan tempat ikon anti-apartheid, dimana Nelson Mandela juga dipenjara pada tahun 1960-an hingga 1980-an. Kemudian Tuan Guru tetap terus menulis setelah ia dibebaskan dari pulau itu.

Sebagian besar dari salinan ini diyakini ditulis ketika ia berusia antara 80 dan 90 tahun, dan pencapaiannya dianggap lebih luar biasa karena bahasa Arab bukanlah bahasa pertamanya.

Menurut Morton, Tuan Guru dipenjara di Pulau Robben dua kali. Waktu pertama kali ia ditahan dari tahun 1780 hingga 1781, ketika ia berusia 69 tahun, dan penahanannya sekali lagi antara tahun 1786 dan 1791.

"Saya yakin salah satu alasan beliau menulis Alquran adalah untuk mengangkat semangat para budak di sekelilingnya. Dia menyadari bahwa jika dia menulis salinan Alquran, dia dapat mendidik rakyatnya dari Alquran dan sekaligus mengajarkan martabat kepada mereka," kata Morton.

"Jika Anda pergi ke arsip dan melihat kertas yang digunakan Belanda, kertas itu sangat mirip dengan yang digunakan Tuan Guru. Ini mungkin kertas yang sama.

"Pena beliau dibuat sendiri dari bambu dan tinta hitam dan merahnya pasti mudah diperoleh dari pemerintah kolonial."

Alquran tulisan tangan itu untuk melestarikan Islam di antara para tahanan dan budak Muslim...

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement