REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aman Palestin melakukan kegiatan rutin mingguan bersama MQFM Radio, yaitu siaran radio dengan tajuk Palestine Talk. Dalam siaran radio kali ini, Aman Palestin bersama MQFM Radio mengundang Direktur Aman Palestin Indonesia, Al-Ustadz Miftahuddin Kamil, M.A. sebagai pembicara dengan judul ‘Sambut Muharram, Semangat Hijrah untuk Perubahan Diri yang Lebih Baik’.
Pada sesi pertama, Ustadz Miftah menjelaskan di dalam agama Islam terdapat satu momen yang begitu penting untuk dipelajari, dihayati dan diamalkan dalam kehidupan kita, yaitu momen hijrahnya Nabi Muhammad SAW bersama para sahabat. Saat itu, jumlah sahabat Nabi mungkin tidak seberapa.
Meskipun begitu, sahabat-sahabat tersebut merupakan hasil dari tarbiyah, didikan iman dan ibadah Rasulullah, sehingga saat para sahabat melakukan perjalanan hijrah dengan Rasulullah dengan jarak tempuh 400 km, mereka dipenuhi dengan keridhoan.
Bukan hanya jarak yang jauh, medan tempuh selama perjalanan hijrah Rasulullah pun terbilang tidak mudah.
Berlatar tempatkan gurun dan terik panas matahari yang menyengat tidak menyurutkan semangat para sahabat untuk melakukan hijrah.
Hal itu karena Rasulullah SAW. telah menyebutkan: “Siapa yang berhijrah karena Allah dan Rasulnya (mengharapkan ridha Allah dan Rasulnya), maka dia akan mendapatkannya (ridha). Namun, barang siapa yang berhijrah karena ingin mendapatkan nikmat dunia saja, atau ingin menikahi seseorang yang sudah diinginkan, maka dia akan mendapatkannya, namun dia tidak akan mendapatkan Allah dan Rasulnya.”
Dalam momen hijrah, para sahabat siap meninggalkan apapun, bahkan harta mereka yang telah mereka kumpulkan, karena keimanan mereka telah dilatih sedemikian rupa. Ada satu sahabat bernama Sinan Ar Rumi yang pernah ditegur kaum Quraisy karena rela meninggalkan hartanya demi berhijrah bersama Rasulullah.
Orang Quraisy berkata pada Sinan Ar Rumi, “Kamu dulu datang ke kota Makkah hanya dengan sehelai baju. Sekarang kamu ingin meninggalkan kota Makkah untuk hijrah bersama Rasulullah ke kota Madinah? Silahkan kamu tinggalkan seluruh hartamu disini dan hijrahlah bersama Rasulullah hanya dengan sehelai baju.” Sinan Ar Rumi kemudian menjawab, “Siap, karena seluruh hartaku hanyalah urusan dunia, sedangkan yang saya inginkan adalah ridha Allah dan Rasul-Nya.
Beberapa sahabat Rasulullah yang mengikuti hijrah selain Sinan Ar Rumi ada Abu Bakar Ash Shiddiq, Utsman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, dan masih banyak lagi. Sama halnya seperti Sinan Ar Rumi, Abdurrahman bin Auf juga mengalami hal yang sama.
Hartanya di kota Makkah dilarang dibawa oleh orang-orang Quraisy. Meskipun begitu, sesampainya Abdurrahman bin Auf yang sebelumnya terkenal sebagai konglomerat Muslim di Mekkah, kembali menjadi konglomerat setelah hijrah ke Madinah.
Inilah perjuangan hijrah yang dilakukan oleh para sahabat, dan hijrah ini kemudian dikenal dengan nama hijrah Makkani. Perpindahan tempat dari Mekkah ke Madinah. Namun, perpindahan tempat ini akan tetap berlaku untuk kehidupan bermasyarakat.
Salah satu contohnya adalah apabila anak-anak tinggal di sebuah lingkungan yang masyarakatnya sering berlaku buruk, berbicara kasar (toxic environment), maka hijrah atau berpindah dari tempat tersebut menjadi solusi agar perkembangan iman, akhlak, aqidah dan tauhid anak dapat membaik dan terbentuk sempurna.
Lingkungan memiliki pengaruh yang besar terhadap karakter diri. Dalam hadits Nabi disebutkan, "Setiap anak yang lahir dilahirkan di atas fitrah (suci). Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Majusi, atau Nasrani." (HR Bukhari dan Muslim).
Dalam hadits tersebut menunjukkan bahwa orangtua, saudara bahkan masyarakat punya peran yang cukup kuat terhadap kejiwaan, akhlak, dan ibadah seseorang. Maka dari itu, salah satu tujuan hijrah yang dilakukan Rasulullah SAW. bersama para sahabat adalah untuk mencari lingkungan yang baik dan bersih.