Sabtu 15 Jul 2023 14:00 WIB

Awal Mula Halaqah Muncul di Lingkungan NU dan Sumbangsih Gus Dur

Halaqah muncul pertama kali di lingkungan NU diperkenalkan Gus Dur

Rep: Muhyiddin / Red: Nashih Nashrullah
 Ketua Lakpesdam PBNU), KH Ulil Abshar Abdalla, menyatakan halaqah muncul pertama kali di lingkungan NU diperkenalkan Gus Dur
Foto:

Dia menuturkan, setelah terpilih menjadi Ketua Umum PBNU pada periode kedua dalam Muktamar NU ke-28 di Krapyak pada 1989, Gus Dur menggagas suatu ide yang pengaruhnya bisa kita rasakan sampai sekarang ini. “Gagasan itu ialah mengadakan halaqah,” kata dia.

Lebih lanjut, Gus Ulil menjelaskan bahwa saat itu Gus Dur menggelar halaqah yang disebut rekontekstualisasi kitab kuning, di mana ada tiga orang yang diberikan tugas untuk mengawasi dan menyelenggarakan halaqah, salah satu tokoh pentingnya adalah KH Masdar Farid Mas'udi.

Menurut Gus Ulil, Kiai Masdar Farid mempunyai kontribusi besar di dalam diskusi-diskusi rekontekstualisasi kitab kuning. Dia lah yang diberikan tugas oleh Gus Dur untuk menyelenggarakan halaqah-halaqah itu.

“Halaqah rekontekstualisasi kitab kuning ini, ketika itu diadakan di berbagai pondok pesantren seluruh Jawa. Salah satu kiai yang terlibat aktif dalam halaqah ini adalah ada dua, yaitu KH Sahal Mahfudz dan KH Mustofa Bisri (Gus Mus),” jelas Gus Ulil

Menantu Gus Mus ini mengungkapkan bahwa halaqah kitab kuning waktu itu mempunyai dampak luar biasa. Sebab, hal tersebut berhasil mendorong para kiai untuk membaca kembali kitab kuning dengan cara pandang yang baru.

“Halaqah-halaqah ini kemudian mengalami masa vakum beberapa tahun. Sejak berakhirnya kepemimpinan Gus Dur kegiatan-kegiatan halaqah ini agak jarang diadakan. Kemudian, di era Gus Yahya ketika menjadi Ketua PBNU, kegiatan halaqah ini dibangkitkan kembali dari kuburnya,” kata Gus Ulil.

Baca juga: Jalan Hidayah Mualaf Yusuf tak Terduga, Menjatuhkan Buku Biografi Rasulullah SAW di Toko

Sementara itu, Ketua RMI PBNU KH Hodri Ariev menjelaskan bahwa Halaqah Ulama Nasional ini bermaksud menyambut tagline besar PBNU yaitu “Merawat Jagad Membangun peradaban”. Menurut dia, RMI menerjemahkan gagasan ini ke yang lebih spesifik, yakni merawat pesantren membangun peradaban.

 

“Topik besar yang akan kita diskusikan dalam halaqah ini Menyambut Peradaban Baru, Menguatkan Pesantren dan Revitalisasi Kitab Kuning. Ini merupakan suatu ikhtiar untuk bisa terlibat berpartisipasi aktif dalam ikhtiar PBNU mewujudkan  dunia yang lebih baik dan semakin baik, dunia yang mendorong kemaslahatan seluruh umat manusia,” jelas Hodri. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement