Sabtu 04 May 2024 00:04 WIB

Kerja Sama dengan UNHCR, LAZISNU Bantu Pengungsi Rohingya di Indonesia

Bantuan melalui LAZISNU itu diserahkan dalam kegiatan halal bihalal.

UNHCR secara simbolis memberikan bantun kepada pengungsi Rohingya melalui LAZISNU.
Foto: LAZISNU
UNHCR secara simbolis memberikan bantun kepada pengungsi Rohingya melalui LAZISNU.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- NU Care-LAZISNU PBNU menyerahkan bantuan kemanusiaan bagi pengungsi Rohingya di Indonesia melalui Komisariat Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa Urusan Pengungsi atau United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR).

Bantuan tersebut diserahkan pada kegiatan Halal Bihalal yang digelar UNHCR Indonesia bersama lembaga-lembaga filantropi Islam di Wisma 46 Jakarta, Kamis (2/05/2024).

Baca Juga

Direktur Eksekutif NU Care-LAZISNU PBNU, Qohari Cholil yang hadir pada kesempatan tersebut mengungkapkan bahwa bantuan itu disalurkan atas arahan PBNU dan atas dasar kemanusiaan untuk membantu etnis Rohingya yang tengah mengungsi di Indonesia.

“Berdasarkan arahan PBNU, dan dari sisi kemanusiaan kita harus bantu saudara-saudara kita para pengungsi muslim Rohingya yang ada di Indonesia. Maka itu kami menjalin kerja sama dengan UNHCR,” ungkap Qohari.

Ia menyebut pengungsi Rohingya termasuk dalam kategori mustahik atau golongan yang harus dibantu.

“Dan bila dikaitkan dengan ashnaf atau kategori mustahik, mereka pengungsi Rohingya termasuk ke dalam ashnaf fakir, miskin, gharimin, dan juga ibnu sabil. Itulah yang mendasari kita membantu pengungsi Rohingya. Dan semata-mata adalah perihal kemanusiaan,” tegasnya.

Adapun pada kesempatan itu NU Care-LAZISNU dalam program NU Peduli Kemanusiaan menyerahkan bantuan senilai Rp 225 juta melalui UNHCR yang diperuntukkan bagi pengungsi Rohingya di Indonesia.

Pengurus LAZISNU PBNU Bidang Pemberdayaan, Riri Khariroh menyebut bantuan tersebut untuk menjamin kebutuhan dasar pengungsi Rohingya seperti bantuan makanan.

“Sesuai proposal dari UNHCR, bantuan dengan nominal tersebut untuk kebutuhan makan pengungsi Rohingya selama satu bulan. Bantuan itu untuk menjamin kebutuhan dasar pengungsi Rohingya terpenuhi setiap harinya, yang utamanya adalah bantuan makanan,” papar Riri.

Riri menjelaskan, fokus NU Care-LAZISNU adalah memberikan asistensi kepada mustahiq, seperti pengungsi Rohingya.

“Rohingya ini juga merupakan mustahiq. Jadi kita punya tanggung jawab yang besar untuk bekerjasama dengan lembaga-lembaga yang fokus dengan pengungsi ini, yaitu UNHCR,” jelasnya.

NU Care-LAZISNU, sambungnya, bergabung dengan UNHCR untuk turut berkontribusi dalam isu-isu kemanusiaan. Menurutnya, bantuan bagi pengungsi Rohingya adalah isu krusial yang perlu diperhatikan bersama.

“Ini atas dasar kemanusiaan. Dan kita tidak bisa diam atas tragedi kemanusiaan yang terjadi pada etnis Rohingya. Mereka terkatung-katung di laut hingga terdampar di Aceh. Kita punya tanggung jawab moral dan kemanusiaan untuk membantu pengungsi Rohingya. Mereka ini kelompok yang mengalami penindasan dari junta militer Myanmar,” lanjut Riri.

“Dan bantuan ini pun sesuai dengan ajaran Islam dan ajaran NU, yaitu ukhuwah basyariah dan ukhuwah islamiyah. Kemudian NU Care-LAZISNU sebagai lembaga zakat memberikan bantuan kemanusiaan kepada pengungsi Rohingya ini agar kesulitan mereka dapat sedikit terangkat,” ungkapnya.

Sementara itu, Kepala Perwakilan UNHCR di Indonesia, Ann Maymann dalam pidatonya mengungkapkan bahwa bantuan itu tidak tak hanya untuk asistensi semata, melainkan juga untuk perjuangan bagi kemanusiaan.

“Dan untuk menyelematkan generasi etnis Rohingya selanjutnya dalam dunia yang lebih baik. Dan agar kita semua punya hak hidup yang baik dan layak,” ungkap Ann.

Ann mengatakan ada lebih dari 114 juta orang yang mengungsi atau terpaksa mengungsi dan 60 persen didominasi dari negara-negara mayoritas muslim atau negara anggota OKI.

Lebih lanjut, Ann menyebut pihaknya pada tahun 2020 membuka unit kerja Filantropi Islam dan telah menerima banyak dukungan dari lembaga-lembaga mitra filantropi Islam di Indonesia.

“Bantuan dan kerja-kerja kemanusiaan ini adalah kekuatan transformatif filantropi Islam. Kalau kita konsisten dalam kerja-kerja kemanusiaan, ini adalah awal yang baik untuk mewujudkan dunia yang lebih baik,” katanya.

Pejabat UNHCR Indonesia Unit Filantropi Islam, Muhammad Thoriq Helmi menjelaskan perjalanan Unit Filantropi Islam selama 4 tahun sejak tahun 2022 telah berdampak positif dan mendapat banyak dukungan dari lembaga-lembaga mitra filantropi Islam di Indonesia.

“UNHCR di Indonesia sudah terbentuk sejak 1979. Jadi kita sudah 45 tahun ada di Indonesia. Dan sampai saat ini Indonesia menampung 12.779 pengungsi. Melalui Unit Filantropi Islam, UNHCR mendapat banyak dukungan dari lembaga mitra filantropi Islam di Indonesia,” ujar Thoriq.

Pihaknya menyebut 3 (tiga) komponen utama dukungan atau bantuan dari UNHCR bagi pengungsi, (1) Bantuan darurat penyelamatan nyawa; (2) Memastikan perlindungan dan akses kebutuhan dasar; (3) Mendapatkan solusi di luar Indonesia, berkaitan dengan pengungsi luar negeri.

“Dan lebih dari tiga ribu penerima manfaat pada tahun 2021 sampai 2023. Bantuan tunai multiguna, dalam bentuk bantuan dana, karena pengungsi yang lebih tahu yang mereka butuhkan,” ucapnya.

Pada kegiatan Halal Bihalal dan serah terima bantuan tersebut, UNHCR menggelar diskusi dengan menghadirkan tiga pembicara, yaitu Profesor KH Amin Suma (Guru Besar Ilmu Fiqh UIN Syarif Hidayatullah) yang membawakan materi Sejarah Pengungsi dalam Islam; Profesor Amelia Fauzia (Guru Besar Sejarah Islam UIN Syarif Hidayatullah) dengan materi Mengingat Kembali Filantropi Inklusif Pengungsi, dan; Silih Agung Wasesa (Pakar Branding dan Komunikasi Pemasaran) dengan materi From Crisis to Clarity: Strategi Komunikasi Efektif untuk Organisasi Nirlaba.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement