Ahad 02 Jul 2023 17:00 WIB

Apa Penyebab Kemunduran Umat Islam dan Siapa Pihak yang Patut Disalahkan?

Umat Islam menghadapi kemunduran selama berabad-abad

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Nashih Nashrullah
Sains Islam (ilustrasi). Umat Islam menghadapi kemunduran selama berabad-abad
Sains Islam (ilustrasi). Umat Islam menghadapi kemunduran selama berabad-abad

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA- Apakah penyebab kemalangan umat Islam merupakan rongrongan pihak luar, tetapi siapa pihak yang patut disalahkan?

Intelektual Pakistan, Muhammad Umar Chapra menulis buku berjudul Muslim Civilization: The Causes of Decline and the Need for Reform, salah satu karya yang patut diperhitungkan. 

Baca Juga

Bagi Chapra, pertanyaan-pertanyaan krusial semacam itu patut disoroti terlebih dahulu, sehingga dapat ditemukan langkah-langkah apa yang seharusnya dikerjakan untuk memperbaiki kondisi para pemeluk agama ini.

Kebanyakan peneliti, menurut dia, menjadikan abad ke-12 sebagai patokan. Artinya, sebelum kurun waktu tersebut umat Islam pada umumnya belum begitu tertinggal. 

Beberapa di antara mereka menyebutkan bahwa faktor terpenting dari kemunduran umat Islam adalah kemerosotan moral dan hilangnya sikap dinamis di tengah komunitas ini.

Hal tersebut diperparah dengan meluasnya sikap dogmatis dan kekakuan (rigidity). Beberapa juga menilai factor-faktor yang lebih bersifat fisik, semisal munculnya peperangan dan invasi atas banyak wilayah umat Islam. 

Dugaan lainnya adalah menurunnya aktivitas intelektual dan sains, sedangkan golongan-golongan non-Islam justru berpacu melakukannya.

Di tengah nuansa suram itu, Chapra menyuarakan optimisme yang mendasar. Sebab, jarang sekali ada komunitas di dunia yang hidup berkelanjutan selama lebih dari 1.400 tahun. 

Umat Islam terbukti merupakan suatu komunitas yang mampu bertahan, tidak kunjung punah, meski diterpa macam-macam tantangan zaman.

Maka dari itu,kata dia, perlu dipahami juga bahwa kemunduran kaum pengikut Nabi Muhammad SAW bukanlah sebuah fenomena yang terjadi serta-merta. 

Mereka masih memiliki potensi yang besar. Bila di ibaratkan dengan seseorang yang mengi kuti perlombaan maraton, umat Islam bukanlah pelari yang lumpuh sama sekali atau tersungkur di tepi gelanggang.

Baca juga: Masuk Islam, Zilla Fatu Putra Umaga Pegulat WWE Ini Beberkan Alasannya yang Mengejutkan

Dia hanya sedang terluka, sehingga untuk sementara waktu hanya mampu berjalan cepat, belum sampai berlari melesat. Semangat menyongsong masa depan, itulah pesan yang coba dihadirkan dalam buku setebal 210 halaman itu.

Untuk dapat melangkah dengan baik, menurut penulisnya, umat Islam juga perlu menyadari arti penting dua hal ini, yakni sumber ajaran dan pengalaman sejarah. Ihwal yang pertama tentu saja berkaitan dengan Alquran dan sunah.

Secara eksplisit, Chapra meng ajak pembaca karyanya untuk memiliki kecenderungan kembali pada esensi agama ini. Dia mengutip sejumlah ayat Alquran yang menegaskan bahwa manusia sendiri merupakan arsitek takdir yang dijalaninya.

Di antaranya, Allah SWT tidak mengubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka mengubah kea daan yang ada pada diri mereka sendiri. (QS ar-Ra'd: 11). 

Rasulullah SAW sendiri telah melarang umatnya untuk menjadi fatalis. Dengan pemahaman demikian, mengkaji sebab-sebab kemunduran justru menjadi langkah awal menuju kebangkitan.

Poin kedua, yakni jalannya sejarah yang telah dilalui umat Islam. Tentu saja ada banyak peristiwa yang saling berkaitan sehingga membentuk keadaan yang kini dialami mereka. 

Chapra menyebut beberapa pemikir yang berupaya mendedah teori tentang timbul tenggelamnya suatu peradaban. 

 

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement