REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Abdurrahman Baswedan (1908-1986) dianugerahi gelar pahlawan nasional berdasarkan SK Presiden Nomor 123/TK Tahun 2018. Pejuang yang lahir di Kampung Ampel, Surabaya, Jawa Timur, itu memiliki nama lengkap Abdurrahman Awad Baswedan.
Awad merujuk pada nama ayahnya. Baswedan sebagai nama klan Arab pertama kalinya diperkenalkan dua bersaudara, yakni Ali dan Umar. Kakak-beradik itu tidak lain putra Abu Bakar bin Muhammad bin Abdullah.
Sekitar pertengahan abad ke-19, Umar Baswedan yang hijrah dari Kota Syibam, Hadramaut (Yaman), menikah dengan seorang gadis asal Surabaya, Noor binti Salim. Pasangan tersebut dikaruniai 10 orang anak. Di antaranya adalah Awad, yang kelak menurunkan Abdurrahman Baswedan.
Suratmin dalam buku Abdul Rahman Baswedan: Karya dan Pengabdiannya (1989) menuturkan, Abdurrahman (AR) Baswedan mendapatkan pendidikan dasar sejak usia lima tahun.
Pria yang bernama kecil bagus itu karena wajahnya yang rupawan mula-mula belajar di Madrasah al-Khairiyah, dekat Masjid Sunan Ampel Surabaya.
Namun, dia terpaksa pindah karena merasa tidak nyaman dengan intimidasi anak-anak dari klan Arab yang mengklaim superior. Dia meneruskan belajar di Madrasah al-Irsyad, Batavia (Jakarta), yang diasuh Syekh Ahmad Surkatie.
Walaupun senang bersekolah di sana, dia harus kembali ke Surabaya untuk mendampingi ayahnya yang jatuh sakit. Pilihannya lantas tertuju pada Hadramaut School yang tergolong modern.
Baca juga: Kesan Beda Anies dan Ganjar dalam Jamuan Kerajaan Arab Saudi
Abdurrahman kecil suka menyibukkan diri dengan membaca banyak buku. Pada masa ini, minatnya terhadap kesusastraan mulai tumbuh. Sewaktu berusia 12 tahun, dia mengikuti kursus persiapan calon pegawai rendahan (Nederlands verbond) semata-mata untuk mempelajari bahasa Belanda.
Orang tuanya berpandangan terbuka. Awad Baswedan mendorong anak-anaknya agar mampu membaca dan menulis dalam huruf Latin, di samping cermat mengatur keuangan.
Tidak mengherankan bila mereka punya semangat belajar yang tinggi dan penuh disiplin. Keluarga ini juga menggemari pustaka. Buku-buku koleksinya berjumlah ribuan dan terdiri atas banyak bahasa: Arab, Belan da, Inggris, Melayu, dan lain-lain.