Al-Ruwaidi mengatakan pemerintah sayap kanan Israel sedang berusaha mengurangi peran Palestina di Yerusalem, dengan menargetkan lembaga dan tokoh Palestina, serta perwalian Hashemite atas situs suci Islam dan Kristen.
"Masjid Al-Aqsa adalah tempat suci bagi umat Islam saja dan Israel harus menghormati perwalian Yordania di atasnya," kata dia.
Dia lantas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah memberikan lampu hijau kepada aktivis sayap kanan Israel seperti Itamar Ben-Gvir dan Bezalel Smotrich, untuk menyerbu Al-Aqsa dan membuat pernyataan rasis.
Netanyahu menggunakan masalah Masjid Al Aqsa untuk mendapatkan kemenangan politik. Al-Ruwaidi pun memperingatkan jika perang agama meletus, semua orang akan merasakan dampaknya.
Orang-orang Palestina mengatakan RUU untuk membagi Masjid Al Aqsa akan mengubah identitas Islamnya dan membatasinya hanya untuk ruang sholat Al-Qibli. Kondisi ini mirip dengan Masjid Ibrahimi di Hebron yang juga terbagi, mengalokasikan 75 persen ruang untuk jamaah Yahudi dan 25 persen sisanya untuk umat Islam.
Dalam rencananya, Halevi telah mengusulkan apa yang dikatakan orang Palestina sebagai pergolakan status quo dan akan menghasilkan perluasan kontrol Israel atas masjid tersebut.
RUU ini juga akan memungkinkan orang Yahudi memasuki kompleks dari semua gerbang, bukan hanya melalui Gerbang Maroko, yang merupakan satu-satunya gerbang yang berada di bawah kendali penuh otoritas Israel dan tidak dapat diakses oleh warga Palestina.
Dalam perkembangan lain, Komite Menteri untuk Urusan Legislatif di Knesset Israel telah menyetujui RUU terkait pengumpulan denda yang dikenakan oleh pengadilan militer di Tepi Barat pada warga Palestina, serta denda lalu lintas yang dikumpulkan oleh polisi Israel dan mentransfernya ke perbendaharaan Israel. Pleno Knesset disebut kemungkinan akan segera memberikan suara pada RUU tersebut.