REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Kepala Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) memperingatkan badan tersebut berada di ambang kehancuran keuangan. PBB telah mencoba berbagai metode untuk mencegah kehancuran itu, tetapi belum mendapatkan solusi yang seharusnya.
“PBB mencoba berbagai metode selama tiga tahun terakhir untuk memecahkan masalah ini, tetapi belum mendapatkan hasil yang dibutuhkan,” kata Kepala UNRWA Philippe Lazzarini, dilansir dari Middle East Monitor, Selasa (13/6/2023).
Dengan kata lain, kemerosotan ekonomi PBB akan berdampak pada hak-hak pengungsi Palestina juga akan berkurang. “Dibutuhkan mobilisasi politik dan kemauan untuk mencegah badan ini hancursepenuhnya," katanya.
Lazzarini mengatakan UNRWA memiliki defisit keuangan mendekati 200 juta dolar AS (Rp 2,97 triliun). Sedangkan pentingnya bantuan pangan ke Gaza memerlukan setidaknya 75 juta dolar AS (Rp 1,2 miliar) untuk melanjutkan bantuan pangan ke wilayah tersebut, terutama ke Jalur Gaza, di mana Program Pangan Dunia telah memotong kembali aktivitasnya. Lazzarini berharap bantuan dana yang dibutuhkan dapat diberikan pada September ini.
Badan ini didirikan pada 1948 setelah Nakba atau Malapetaka. Saat itu, ratusan ribu warga Palestina diusir dari rumah dan tanah mereka setelah berdirinya Israel. UNRWA terus membantu jutaan orang Palestina di Jalur Gaza yang diblokir dan Tepi Barat yang diduduki Israel dengan layanan seperti pendidikan, makanan, dan pekerjaan.