Ahad 04 Jun 2023 06:06 WIB

Terpikat Islam Sejak Belia, Mualaf Adrianus: Jawaban Atas Keraguan Saya Selama Ini

Mualaf Adrianus masuk Islam melalui proses yang panjang

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti / Red: Nashih Nashrullah
Adrianus. Mualaf Adrianus masuk Islam melalui proses yang panjang
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Melalui akun Youtube pribadinya, Adrianus, menuturkan kisah perjalanan hidupnya sehingga dapat menemukan cahaya Islam. Bagi pria asal Sulawesi Barat itu, keputusan untuk menjadi Muslim harus dilalui dengan penuh perjuangan.

Banyak lika-liku yang membuat kalbu dan pikirannya terganjal. Bagaimanapun, semua kendala itu, atas izin Allah SWT, dapat di atasinya. Hatinya mantap memeluk agama tauhid.

Baca Juga

Meski sering bergaul dengan teman-temannya yang Muslim, ketika di sekolah, Adrianus tetap beribadah sesuai agamanya saat itu. Sebagai remaja, dia pernah melakukan kenakalan seperti membolos dari sekolah. Hingga satu pekan lamanya, dia tidak masuk sekolah dan tanpa ada keterangan atau surat izin.

Karena hal itu, nilai sekolahnya jatuh dan dia tidak dapat naik kelas. Namun, guru agama Islam mengetahui kondisi Adrianus yang sesungguhnya serta perilaku Adrianus yang baik. Oleh karena itu, sang guru membantunya untuk berbicara kepada kepala sekolah. Kepala sekolah kemudian meng izinkan Adrianus naik kelas.

Ketika menginjak kelas III SMP, satu hari usai melaksanakan ibadah, dia pergi ke perpustakaan sembari menunggu teman-teman Muslimnya selesai shalat. Di perpustakaan tersebut terdapat sebuah buku tentang kisah rasul yang menarik perhatiannya.

"Bukan karena buku itu untuk umat Islam, tetapi saya ingin mencari tahu awal dan jalan cerita nabi-nabi dan rasul versi Islam. Sebab, banyak sekali cerita mereka. Setelah membaca, saya lantas bingung dan ragu dengan agama saya (sebelum masuk Islam–Red), tetapi saya belum berpikir jauh setelah itu," ujar dia, beberapa waktu lalu.

Menginjak masa-masa sekolah di SMK, Adrianus tak lagi memikirkan soal agama. Namun, saat telah mulai kuliah, Adrianus merasa ada sesuatu yang mengetuk pintu hatinya. Dia mulai memikirkan kembali keraguan hatinya tentang agama yang dirasakannya semasa SMP.

Dia pun menceritakan hal itu kepada temannya yang Muslim, terutama tentang kisah nabi dan rasul yang pernah dibacanya dulu. Tak berselang lama dari hari itu, dia mendengar kabar tentang salah seorang teman seagamanya yang memeluk Islam.

Muncul rasa iri dalam hatinya. Saat itu, Adrianus mulai yakin Islam adalah agama yang sesungguhnya benar. Namun, dia masih ragu-ragu untuk mengambil keputusan besar: memeluk Islam.

Dia kemudian mencari tahu tentang Islam seorang diri dengan sering menonton video-video tentang perdebatan atau perbandingan agama. Hingga semester kelima perkuliahan pada 2019, Adrianus pun menguatkan tekadnya untuk semakin mendalami Islam.

Tidak hanya melalui belajar mandiri, dia juga memutuskan menemui dosen agama Islam di kampusnya. Dengan begitu, dia bisa memahami dengan lebih baik apa dan bagaimana itu Islam. Setelah beberapa lama berbincang, Adrianus merasa terkagum-kagum dengan pemahaman tentang keislaman dari dosen yang ditemuinya.

Pada awalnya, dosen tersebut tidak mengetahui bahwa Adrianus sebenarnya ingin memeluk Islam. Adrianus perlu waktu hingga akhirnya memberani kan diri untuk memberi tahukan bahwa dia ragu dengan agamanya saat itu dan merasa Islam lebih sesuai untuknya.

Baca juga: Mualaf Lourdes Loyola, Sersan Amerika yang Seluruh Keluarga Intinya Ikut Masuk Islam

Karena waktu yang terbatas, sang dosen pun mengajaknya datang ke rumah untuk mendiskusi kan hal tersebut lebih dalam. Adrianus menge nang, waktu itu dirinya merasa ragu untuk langsung bersyahadat karena ada masalah ekonomi. Dalam arti, dia masih bergantung pada sokongan orang tua.

"Saya yakin ketika saya memeluk Islam, orang tua saya pasti akan berhenti membiayai kuliah dan hidup saya, bahkan saya mungkin bisa diusir dari rumah. Saya belum siap untuk itu," ujar dia. Adrianus menghadapi dilema yang tidak mudah. Namun, sang dosen melihat ada keyakinan yang kuat dalam diri mahasiswanya itu. Maka itu, dia berusaha mencarikan waktu bagi Adrianus untuk bersyahadat.

Setelah berdiskusi, keesokan harinya sang dosen menghubungi Adrianus untuk datang ke rumah dan berbicara dengan ketua Mualaf Center Palu. Saat itu, Adrianus mengira bahwa pertemuan tersebut sekadar untuk berdiskusi. "Saya terkejut begitu tahu sampai-sampai ketua mualaf center datang. Padahal, saya belum siap untuk bersyahadat," kata dia.

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement