Ahad 04 Jun 2023 06:06 WIB

Terpikat Islam Sejak Belia, Mualaf Adrianus: Jawaban Atas Keraguan Saya Selama Ini

Mualaf Adrianus masuk Islam melalui proses yang panjang

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti / Red: Nashih Nashrullah
Adrianus. Mualaf Adrianus masuk Islam melalui proses yang panjang
Foto:

Malam itu, Adrianus bertemu dengan dosen agama Islam, ketua mulaf center bersama temannya, dan dua orang kemenakan dosen tersebut. Mereka itulah yang kemudian menjadi saksi dirinya saat bersyahadat. Setelahnya, Adrianus memiliki nama Muslim Adam.

"Ketua Mualaf, Koh Jeff, menjelaskan kepada saya kalau menjadi Muslim itu berat, banyak ujian, mental juga harus kuat. Namun, saya siap untuk menerimanya," jelas dia.

Ketua Mualaf Center Palu, Koh Jeff, meminta Adrianus bersyahadat malam itu juga. Awalnya, Adrianus menyampaikan keberatan karena merasa waktunya terlalu cepat. Namun, Koh Jeff meyakinkan bahwa lebih cepat lebih baik karena tidak ada yang tahu kapan ajal akan tiba.

Setelah Adrianus diminta berwudhlu, Koh Jeff menggenggam tangannya dan menuntunnya meng ucapkan dua kalimat syahadat berbahasa Arab dan Indonesia. Usai Adrianus bersyahadat, setiap orang pun memeluk dia dan memberikan dukungan.

Sang dosen agama mengatakan bahwa ketika bersyahadat, semua malaikat berada di sekitar orang yang mengucapkannya dan ikut mendoakan. Adrianus memang merasa momen saat itu berbeda dari saat-saat sebelumnya ketika dia belajar sendiri untuk mengucapkan syahadat. Usai bersyahadat, dia kemudian belajar sholat. Dalam mempelajari sholat, Adrianus juga dibimbing oleh tim Mualaf Center Palu

Dia juga kemudian semakin mendalami Islam dengan mengikuti kajian di Masjid Al Muhajirin, Petoboh, Palu. Usai kajian, dia biasa berkumpul bersama dengan anggota Mualaf Center. Usai bersyahadat, Adrianus belum berani memberitahukan hal tersebut ke orang tuanya, terutama karena pertimbangan masalah finansial yang dia khawatirkan sejak awal.

Akan tetapi, jika tidak memberitahukannya, dia juga khawatir di rumah akan sulit melaksanakan shalat lima waktu, termasuk makan makanan halal. Adrianus mendapatkan dukungan dari sesama mualaf serta pembimbing. Dia diyakinkan bahwa sebagai Muslim seharusnya dirinya lebih takut kepada Allah SWT dibandingkan yang lain, termasuk orang tua.

Baca juga: 7 Daftar Kontroversi Panji Gumilang Pimpinan Al Zaytun yang tak Pernah Tersentuh

Akhirnya, ketika libur akhir tahun, dia memutuskan untuk pulang ke rumah orang tuanya. Selama di perjalanan dan di pemberhentian untuk sholat, dia tidak berhenti berdoa agar mendapatkan kekuataan untuk berbicara kepada orang tuanya.

Singkat cerita, Adrianus memberi tahu orang tuanya melalui surat yang dititipkan kepada adik perempuannya. Awalnya, mereka menerima dengan tangan terbuka dan tetap membiayai hidupnya.

Namun, saat perayaan hari besar, tanggapan mereka mulai berubah. Sebagai Muslim, tentu dia tidak lagi merayakan hari besar agama lamanya dan dia pun tidak makan makanan yang haram.

Saat itu, pertengkaran sempat terjadi. Sebab, keluarga besar melihat Adrianus tak lagi melakukan ibadah di hari besar agama mereka. Dia dianggap telah membuat malu keluarga. Meski tetap tinggal di rumah, keluarga Adrianus akhirnya bersikap dingin kepadanya.

Kini, dia mengaku tidak lagi mendapatkan dukungan finansial dari keluarga. Dia bersyukur, kini Mualaf Center Palu memberikan dukungan dan bantuan secara penuh baik terkait biaya hidup, tempat tinggal, maupun biaya kuliah.

Adrianus juga bergabung dengan Mualaf Center. Di sana, dia didaulat untuk mengelola akun daring multimedia YouTube Mualaf Center Palu. Di bawah bendera organisasi itu, dia terus terlibat aktif dalam berbagai aksi sosial. Sebagai contoh, penggalangan dan penyaluran donasi untuk para korban musibah banjir yang terjadi di Masamba bulan ini.

 

Dari lubuk hati yang terdalam, dia bertekad untuk menjadi seorang Muslim yang bermanfaat bagi sesama. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW, Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesama.  

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement