Ahad 30 Apr 2023 19:02 WIB

Renungan Generasi Salaf: Ketika Allah SWT Dikenal Saat Ramadhan Saja

Ibadah kepada Allah SWT tak hanya terbatas Ramadhan

Rep: Rossi Handayani / Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi ibadah. Ibadah kepada Allah SWT tak hanya terbatas Ramadhan
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Ilustrasi ibadah. Ibadah kepada Allah SWT tak hanya terbatas Ramadhan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Setelah melalui bulan suci Ramadhan, umat Islam dianjurkan untuk tetap konsisten dalam beribadah. 

Hal ini pernah disampaikan Rasulullah ﷺ terkait dengan amalan yang dikerjakan secara kontinu. 

Baca Juga

Dikutip dari buku Fikih Bulan Syawal oleh Muhammad Abduh Tuasikal, Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menemui Aisyah dan di sisinya ada seorang wanita. 

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bertanya, “Siapa ini?” ‘Aisyah menjawab, “Si fulanah yang terkenal luar biasa sholatnya.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda:  

مَهْ، عليكم بِما تُطِيقونَ، فوَ اللهِ لا يَمَلُّ اللهُ حتَّى َتملُّوا، وكانَ أجبُّ الدِّينِ إِليهِ ما دَامَ عليه صَاحبُه “Jangan seperti itu. Hendaklah engkau beramal sesuai kemampuanmu. Demi Allah, Allah itu tidak bosan untuk menerima amalanmu hingga engkau sendiri yang bosan. Sesungguhnya amalan yang paling disukai Allah adalah yang dikerjakan secara kontinu.” (HR Bukhari, no 43 dan Muslim, no 485).

Hal ini karena memang umat harus melanjutkan amal bakda Ramadhan. Ka’ab radhiyallahu ‘anhu berkata, “Siapa yang berpuasa Ramadhan dan terbetik dalam hatinya, nantinya bakda Ramadhan setelah tidak berpuasa lagi, dia bertekad tidak akan bermaksiat kepada Allah, maka dia akan masuk surga tanpa masalah, tanpa dihisab. Namun, siapa yang berpuasa Ramadhan dan dia terbetik dalam hatinya bakda Ramadhan setelah tidak berpuasa lagi, dia akan bermaksiat kepada Allah, maka puasanya tertolak.” (Lathaif Al-Ma’arif).

Hal ini berarti ibadah itu bukan hanya Ramadhan. Di antara salaf, ada yang bernama Bisyr pernah menyatakan: 

“Sejelek-jelek kaum adalah yang mengenal Allah pada Ramadhan saja. Ingat, orang yang saleh yang sejati adalah yang beribadah dengan sungguh-sungguh sepanjang tahun.” (Lathaif Al-Ma’arif, hlm 390). Beribadahlah sampai mati sebagaimana disebutkan dalam ayat: 

وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتّٰى يَأْتِيَكَ الْيَقِيْنُ “Dan sembahlah Rabbmu sampai datang kepadamu kematian.” (QS Al Hijr ayat 99).

Baca juga: Yang Terjadi Terhadap Tentara Salib Saat Shalahuddin Taklukkan Yerusalem

Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah menyatakan bahwa Allah SWT tidak menjadikan batasan waktu untuk beramal bagi seorang mukmin kecuali kematian. (Lathaif Al-Ma’arif).

Dalam kitab tafsirnya, Ibnu Katsir rahimahullah menyatakan bahwa ayat di atas menjadi dalil bahwa ibadah seperti sholat dan lainnya, wajib dijalankan oleh setiap orang selama akal masih ada. Apa pun keadaannya, dia tetap sholat.

Dalam hadits shahih dikeluarkan Imam Bukhari dari ‘Imran bin Hushain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

صَلِّ قَائِمًا، فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَقَاعِدًا، فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَعَلَى جَنْبٍ “Sholatlah dalam keadaan berdiri. Jika tidak mampu, sholatkan dalam keadaan duduk. Jika tidak mampu, sholatlah dengan tidur menyamping.” (HR Bukhari, no 1117).    

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement