Rabu 26 Apr 2023 04:05 WIB

Sopir Aplikasi Berbagi Tumpangan di New York Improvisasi Buat Ruang Sholat

Sopir taksi dan aplikasi di New York masih kesulitan mengakses ruang sholat.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Ani Nursalikah
Taksi di New York, ilustrasi. Sopir Aplikasi Berbagi Tumpangan di New York Improvisasi Buat Ruang Sholat
Foto:

Wakil Direktur IDG untuk New Jersey dan Connecticut Sohail Rana menilai ide keran darurat ini berhasil, tetapi ini masih belum menyelesaikan masalah yang lebih besar.

“Memiliki kamar mandi bahkan bukan kemewahan. Itu adalah kebutuhan bagi mereka, yang membawa begitu banyak uang ke kota, serta membayar pajak dan biaya. Mereka berhak mendapatkan sistem yang tepat, dimana mereka dapat memarkir kendaraan dan memiliki kamar kecil,” ucap Rana.

Seorang penyelenggara di IDG, Arifa Tirmizi, telah menjadi pengemudi rideshare sejak 2016. Dia mengatakan advokasi IDG untuk mengamankan lebih banyak tempat bantuan, kamar mandi, tempat istirahat dan sholat sangat penting untuk kesejahteraan pengemudi.

“Hal-hal itu sangat membantu kami, karena kami benar-benar dapat memiliki ketenangan pikiran dan mengetahui lokasi mereka di peta. Kita bisa parkir di sana dan kemudian lari ke kamar mandi dan berwudhu,” ucap dia.

Menurut Bah, IDG telah bertemu dengan Departemen Perhubungan (DOT) Kota New York bulan lalu untuk melanjutkan pembicaraan tentang perbaikan kekurangan stan bantuan di Manhattan. Salah satu ide yang ia ajukan adalah agar DOT mengembangkan sesuatu sistem, seperti tiket parkir dan terhubung dengan aplikasi (ParkNYC).

DOT juga menyampaikan rencana tentatif menempatkan lebih banyak stan bantuan di sekitar taman milik kota. Sehingga, pengemudi dapat dengan mudah mengakses kamar mandi umum di dalam taman.

Terkait hal ini, Ahmed menyebut ia ingin melihat kota mempertimbangkan jarak untuk membangun lebih banyak stasiun bantuan. Setidaknya harus ada satu kamar kecil dalam jarak satu mil persegi (dari tempat bantuan).

Dia juga ingin melihat ruang sholat khusus di kota. Bagi Tirmizi, masalahnya adalah soal rasa hormat.

"Kami membutuhkan orang-orang untuk perhatian. Karena kami sebagai Muslim juga bagian dari komunitas ini, kami juga orang kulit berwarna, kami juga warga negara Amerika Serikat, dan yang terpenting, kami juga manusia," kata Tirmizi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement