REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pelatihan Santri Penggerak Pesantren Hijau kembali digelar oleh LAZISNU PBNU, RMINU dan LPBINU, dengan didukung Bank Mega Syariah. Kali ini, pelatihan dilangsungkan di Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo, Jawa Timur, Sabtu (11/03/2023).
Ponpes Zainul Hasan Genggong ini menjadi titik terakhir Training Penggerak dan Santri Change Makers Pesantren Hijau, dari 7 (tujuh) titik pesantren percontohan program Pesantren Hijau. Sebelumnya, pelatihan tersebut telah dilaksanakan di enam pesantren, (1) Ponpes Al-Hamidiyah Depok; (2) Al Hamid Cilangkap Jakarta Timur; (3) Ponpes Mahasina Kota Bekasi; (4) Ponpes Al-Kenaniyah Jakarta Timur; (5) Ponpes Mathlaul Anwar Linahdlatil Ulama (MALNU) Menes Pandeglang, dan; (6) Ponpes Al Mubarok Mranggen Demak.
Sekretaris LAZISNU PBNU Moesafa menjelaskan, Pelatihan Santri Penggerak Pesantren Hijau adalah kegiatan lanjutan, mulai dari peluncuran Program, asesmen ke tiap pesantren, loka karya hasil asesmen, dan pelatihan nasional Penggerak Pesantren Hijau.
“Ini (pelatihan) merupakan kegiatan lanjutan dari beberapa kegiatan sebelumnya. Kami telah melakukan kick-off, asesmen, workshop, training nasional, dan dilanjutkan dengan training penggerak (pengurus) dan training santri. Semoga kedua elemen ini dapat bergerak bersama-sama,” ucap Moesafa pada pembukaan Training Penggerak Pesantren Hijau di Aula Rushaifah MA Zainul Hasan 1 Genggong.
Menurut Moesafa, Ponpes Zainul Hasan Genggong merupakan contoh pesantren ideal untuk konsep Pesantren Hijau. Ia berharap Ponpes Zainul Hasan Genggong dapat menerapkan konsep dan praktik Pesantren Hijau.
“Semoga praktik-praktik dari Pesantren Hijau dapat dilakukan dengan baik di pesantren ini,” harapnya.
Sementara itu, perwakilan pengasuh Ponpes Zainul Hasan Genggong, Mohammad Hasan Hikamurrozi menyebut bahwa praktik penghijauan dan pengelolaan sampah yang dilakukan oleh santri Zainul Hasan Genggong sudah baik, namun perlu dioptimalkan lagi.
“Santri di sini pun sudah sadar terkait kebermanfaatan barang seperti kain bekas seprai dan baju bekas. Itu dimanfaatkan kembali dan tidak dijadikan sampah begitu saja. Sampah dapat dikelola dengan baik dan dijadikan uang,” tutur Gus Hikam, akrab disapa.
Para santri, lanjutnya, dapat diarahkan untuk mengoptimalkan pengelolaan sampah.
“Santri perlu tahu bagaimana mengoptimalkan pengelolaan sampah agar menjadi rupiah. Misalkan sampah botol dapat dijadikan dua, yaitu tutup botol dan botolnya. Keduanya bisa menjadi rupiah yang berbeda. Tutup botol lebih tinggi harganya. Jika semua sampah dapat dijual, maka kita sudah kaya,” pesan Gus Hikam kepada para peserta pelatihan.
Adapun pelatihan tersebut diikuti 100 santriwan-santriwati dari jenjang Tsanawiyah (MTs/SMP), Aliyah (MA/SMA), dan jenjang pendidikan tinggi, dari STIkes Hafshawaty Zainul Hasan. Pelatihan diikuti juga oleh 50 pengurus Ponpes Zainul Hasan yang terdiri dari pengurus bidang lingkungan, bidang kebersihan, kesehatan, pendidikan, dan bidang lainnya.
Pada pelatihan tersebut dihadirkan tiga narasumber yakni, (1) Hj Ika Maftuhah Mustiqowati selaku aktivis lingkungan yang juga pengasuh Ponpes Al Hikam Jombang yang menyampaikan materi ‘Memperkuat Manajemen Pesantren dalam Pengelolaan Sampah yang Ramah Lingkungan’; (2) Qohari Cholil selaku Direktur Eksekutif NU Care-LAZISNU PBNU, dengan materi ‘Orientasi Program Pesantren Hijau’; (3) H Misbahus Salam dari jajaran pengurus LAZISNU PBNU, yang membawakan materi ‘Perspektif Islam tentang Isu Lingkungan (Fiqhul Bi’ah).
Turut hadir dan memberikan sambutan, Ketua RMI PBNU KH Hodri Ariev dan Ketua LAZISNU PWNU Jawa Timur Ahmad Afif Amrullah. Hadir dan memimpin jalannya kegiatan, Ketua Pelaksana Program Pesantren Hijau Riri Khariroh. Hadir pula Sekretaris LAZISNU PWNU Jawa Timur Mohammad Rofi’i Boenawi dan perwakilan pengurus RMI NU Kraksaan.