REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisioner Tinggi Persatuan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi (UNHCR) telah membantu sebanyak 1.595.778 pengungsi yang berada di lebih dari 20 negara melalui distribusi zakat dan sedekah yang dikelompokkan dalam Program Refugee Zakat Fund. Anggota Kemitraan Sektor Swasta Asia Pasifik Regional-Filantropi Islam UNHCR Billy Joe Stelljes menyatakan hal itu merupakan pencapaian luar biasa yang dilakukan oleh pihaknya bersama mitra-mitra.
"Total 1,6 juta orang ditahan (pengungsi) menerima bantuan melalui program keuangan syariah. Itu pencapaian yang luar biasa dengan semua mitra kami," katanya dalam Peluncuran Pelaporan Filantropi Islam UNHCR 2023 di Jakarta, Selasa (7/3/2023).
Stelljes merinci dari 1.595.778 pengungsi sebanyak 756.157 pengungsi diantaranya menerima bantuan dari dana zakat, sedangkan sebanyak 839.621 pengungsi dibantu melalui dana sedekah. Sementara itu jika dilihat per negara sebanyak 24,11 persen pengungsi berasal dari India, 14,37 persen dari Nigeria, 9,05 persen dari Jordan, 8 persen dari Ukraina, 6,41 persen dari Kenya, 6,04 persen dari Afghanistan, 4 persen dari Bangladesh.
Kemudian, 3,14 persen dari Namibia, 3,01 persen dari Yunani, 1,01 persen dari Yaman, 0,87 persen dari Tunisia, 0,73 persen dari Pakistan, 0,61 persen dari Iran, serta 17,94 persen lainnya merupakan pengungsi yang paling membutuhkan. Sementara itu, UNHCR juga telah membantu sebanyak 6.071.263 pengungsi dengan filantropi Islam sejak 2017, yang meliputi 4.133.582 pengungsi melalui zakat dan 1.937.681 pengungsi melalui sedekah.
Stelljes menjelaskan, Program Refugee Zakat Fund sendiri sudah mengikuti 16 fatwa dari berbagai negara mulai dari Brasil sampai Malaysia sehingga distribusi dana sudah sesuai dengan hukum syariah.
"100 persen dana zakat pergi ke para pengungsi. Jadi kita tidak mengambil biaya administrasi, semua menjadi perhatian orang yang bersangkutan. Kami memiliki infrastruktur distribusi terpercaya yang sangat kuat," jelasnya.