Klaveren berpikir Islam adalah bahaya terbesar di Belanda dan juga di Eropa, bahkan sebenarnya di seluruh dunia. Tapi kemudian, dia keluar dari partai tersebut karena pertengkaran tentang orang Maroko di Belanda.
“Yah, saya lakukan, saya pikirkan semua yang saya bisa untuk melawan Islam. Tapi pada 2014 saya keluar dari partai karena ada argumen tentang orang Maroko," ucapnya.
Selama rapat umum, Wilders disebut mengungkapkan keinginannya agar lebih sedikit orang Maroko di Belanda. Setelahnya ia meminta pendapat setiap orang yang hadir, apakah menginginkan lebih banyak atau lebih sedikit orang Maroko. Atas pertanyaannya, orang-orang pun mulai meneriakkan jawaban mereka yang mendukung lebih sedikit orang Maroko di Belanda.
Ia dan Wilder pun berdebat tentang itu, yang membuatnya meninggalkan partai. Saat itu, ia menyebut dirinya masih sangat anti-Islam, tetapi tidak per anti-Belgia, anti-Kongo, ataupun anti-Maroko.
Setelah keluar dari partai, saat menulis buku anti-Islamnya pada 2014, beberapa pertanyaan tentang agamany kembali muncul. Ia merasa harus membaca ulang hal-hal yang menurutnya ia ketahui tentang agamanya, karena ia akan membuat perbandingan antara konsep Tuhan dalam agamanya sebelumnya dan Islam.
Pada akhirnya, ia berpikir apa yang diyakini Muslim tentang konsep Tuhan lebih logis. Saat melakukan penelitian tentang Islam, ia meminta bantuan dari akademisi Inggris Abdal Hakim Murad, yang sebelumnya dikenal sebagai Timothy John, namun berganti nama setelah masuk Islam.
Menggarisbawahi sebelumnya dia hanya membaca penulis Barat tentang Islam, Klaveren mengatakan Murad menasihatinya untuk hanya membaca sumber-sumber Islam. Hasilnya, ia menemukan perbedaan yang besar.