REPUBLIKA.CO.ID, ALEPPO -- Seorang bayi yang baru lahir ditemukan di bawah reruntuhan bangunan di Suriah utara setelah diguncang gempa berkekuatan 7,8 skala richter. Bayi itu ditemukan dalam keadaan selamat oleh sekelompok pria yang bekerja menyelamatkan warga sipil yang terjebak.
Bayi tersebut ditemukan di bawah reruntuhan sebuah bangunan di kota Jindires di provinsi Aleppo. Dikutip dari The New Arab, Rabu (8/2/2023), ibu bayi itu diketahui meninggal dunia setelah melahirkannya.
Bayi tersebut dianggap sebagai satu-satunya yang selamat di keluarganya. Bayi ini sekaligus menjadi tanda begitu parahnya dampak gempa dahsyat yang mengguncang wilayah Turki dan Suriah.
Badan-badan kebencanaan meyakini, beberapa ribu bangunan di sebagian besar Suriah utara rata dengan tanah akibat gempa itu. Suriah adalah wilayah yang dilanda perang, krisis pengungsi, dan wabah kolera baru-baru ini.
Selama dua hari dua malam sejak gempa berkekuatan 7,8 SR terjadi, pasukan penyelamat dadakan bekerja dalam suhu yang membekukan untuk menemukan mereka yang masih terkubur. Secara resmi, jumlah korban tewas akibat bencana tersebut sekarang mencapai lebih dari 8.700 orang. Tapi itu masih bisa berlipat ganda jika ketakutan terburuk para ahli terwujud.
Kepala Organisasi Kesehatan Dunia Tedros Adhanom Ghebreyesus memperingatkan bahwa waktu hampir habis untuk ribuan orang yang terluka dan mereka yang dikhawatirkan masih terperangkap.
Bagi Mesut Hancer, warga kota Turki Kahramanmaras, dekat pusat gempa, waktu pencarian korban sudah terlambat. Hancer tampak duduk di atas puing-puing yang membeku, terlalu sedih untuk berbicara. Ia menolak melepaskan tangan putrinya yang berusia 15 tahun, Irmak, saat tubuhnya terbaring tak bernyawa di antara lempengan beton dan untaian tulangan yang bengkok.
Bahkan bagi yang selamat, masa depan tampak suram. Banyak yang berlindung dari gempa susulan yang terjadi tanpa henti di tengah cuaca hujan dan salju.
"Saya tidak bisa mendapatkan saudara saya kembali dari reruntuhan. Saya tidak bisa mendapatkan keponakan saya kembali. Selama dua hari, kami tidak melihat keadaan di sekitar sini. Anak-anak kedinginan," kata Ali Sagiroglu di Kahramanmaras.
Di dekat Gaziantep, toko-toko tutup, tidak ada panas karena saluran gas dipotong untuk menghindari ledakan dan sulit menemukan bensin. Sekitar 100 lainnya terbungkus selimut tidur di ruang tunggu terminal bandara yang biasa digunakan untuk menyambut politisi dan selebritas Turki.
"Kami melihat bangunan runtuh jadi kami tahu kami beruntung masih hidup. Tetapi sekarang hidup kami memiliki begitu banyak ketidakpastian. Bagaimana saya akan menjaga anak-anak ini?," kata Zahide Sutcu, yang pergi ke bandara bersama dua anaknya yang masih kecil.
View this post on Instagram