Jumat 14 Oct 2022 03:29 WIB

Cara Menghilangkan Sifat Sombong dan Berbangga Diri

Syekh Ibnu Athaillah menerangkan cara menghilangkan sifat sombong.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Ani Nursalikah
Cara Menghilangkan Sifat Sombong dan Berbangga Diri
Foto: agung supriyanto
Cara Menghilangkan Sifat Sombong dan Berbangga Diri

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Syekh Ibnu Athaillah as-Sakandari dalam kitab Al-Hikam menerangkan cara untuk menghindari atau menghilangkan sifat sombong, berbangga diri dan takabur. Salah satu caranya dengan merenungkan dan mengetahui sifat-sifat agung Allah SWT, sehingga kita sadar diri kita hanyalah seorang hamba-Nya yang tidak pantas bersikap sombong.

"Tidak ada yang bisa mengeluarkan kamu dari sifat takabur, kecuali sifat agung Allah SWT." (Syekh Athaillah, Al-Hikam)

Baca Juga

Penyusun dan Penerjemah Al-Hikam, D A Pakih Sati dalam buku Kitab Al-Hikam dan Penjelasannya yang diterbitkan penerbit Noktah tahun 2017 menjelaskan maksud Syekh Athaillah untuk menghindari sifat sombong, takabur, dan berbangga diri.

Jika selama ini kamu merasa memiliki sifat-sifat yang sempurna dibandingkan orang lain. Sehingga membuat kamu sombong dan merasa lebih hebat dari mereka, maka ada satu cara untuk membebaskan kamu darinya, yaitu menyaksikan kehebatan sifat-sifat Allah SWT.

Jika selama ini kamu merasa mulia, maka saksikanlah kemuliaan-Nya sehingga kamu akan merasa kecil dan hina. Jika kamu merasa hebat maka saksikanlah bagaimana kehebatan-Nya, sehingga kamu akan merasa tidak berguna. Jika kamu merasa berilmu maka saksikanlah ilmu-Nya, sehingga kamu akan merasa bodoh.

Masih banyak lagi sifat-sifat yang terkadang kamu banggakan dalam kehidupan, yang semua itu dapat dikikis dengan menyaksikan sifat-Nya Yang Maha Agung. Jangan kamu berhasrat membanggakan diri, sebab kamu hanyalah manusia hina yang berasal dari air yang hina dina.

Syekh Athaillah juga mengatakan orang yang bisa tawadhu atau rendah hati yang hakiki adalah orang yang mampu menyaksikan keagungan Allah SWT dan melihat dengan jelas sifat-Nya.

"Tawadhu yang hakiki adalah bersumber dari kemampuan menyaksikan keagungan Allah SWT dan tajalli sifat-Nya." (Syekh Athaillah, Al-Hikam)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement