Senin 22 Aug 2022 17:00 WIB

Saudi Raih Peringkat Tiga Besar Tujuan Migran

Saudi menduduki peringkat ke-3 tujuan utama para migran selama dua tahun terakhir.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Agung Sasongko
Sebuah spanduk raksasa yang menunjukkan Raja Saudi Salman, kanan, dan Putra Mahkota Mohammed bin Salman, ditampilkan sebelum kunjungan Presiden AS Joe Biden, di sebuah alun-alun di Jeddah, Arab Saudi, Kamis, 14 Juli 2022.
Foto: AP/Amr Nabil
Sebuah spanduk raksasa yang menunjukkan Raja Saudi Salman, kanan, dan Putra Mahkota Mohammed bin Salman, ditampilkan sebelum kunjungan Presiden AS Joe Biden, di sebuah alun-alun di Jeddah, Arab Saudi, Kamis, 14 Juli 2022.

REPUBLIKA.CO.ID,  JEDDAH -- Arab Saudi menduduki peringkat ke-3 tujuan utama para migran selama dua tahun berturut-turut. Kerajaan Saydi disebut-sebut menjadi tujuan komersial dan investasi seluruh dunia.

Menurut Laporan Migrasi Dunia 2022, yang dirilis oleh Organisasi Internasional untuk Migrasi PBB (IOM), Arab Saudi juga disebut telah menerima setidaknya 13,5 juta ekspatriat, yang bertujuan untuk bekerja di Kerajaan.

Baca Juga

Laporan tersebut mengungkapkan sejak 1970, AS telah menjadi negara tujuan utama para migran. Jumlah orang asing yang tinggal di negara itu meningkat lebih dari empat kali lipat, dari kurang dari 12 juta pada 1970 menjadi mendekati 50,6 juta pada 2019.

Dilansir di Gulf News, Senin (22/8/2022), Jerman menjadi tujuan utama kedua bagi migran. Negara ini juga mengalami peningkatan selama bertahun-tahun, dari 8,9 juta pada 2000 menjadi hampir 16 juta pada tahun 2020.

Arab Saudi berada di urutan ketiga dengan 13,5 migran. Posisi berikutnya ditempati oleh Rusia, Inggris, Prancis, UEA dan Kanada.

Awal bulan lalu, Putra Mahkota Mohammed bin Salman mengatakan Arab Saudi diperkirakan akan melihat populasinya mencapai 50 hingga 60 juta pada tahun 2030. Setengah dari jumlah penduduk ini diprediksikan adalah orang asing.

Berbicara kepada wartawan setelah mengungkap desain proyek The Line, Putra Mahkota mengatakan Riyadh akan menampung populasi 25 juta, sementara NEOM akan mengurus 10 juta orang lainnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement