REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Umar bin Khattab mengungkapkan, ada enam perkara yang dirahasiakan Allah SWT kepada hamba-Nya. Tentu, ada alasannya, antara lain, agar hamba-Nya bersungguh-sungguh dalam mendapatkan rahasia tersebut.
Pertama, Allah merahasiakan ridha-Nya di balik ketaatan hamba-Nya. Hal tersebut dimaksudkan agar hamba-Nya bersungguh-sungguh melakukan ketaatan kepada-Nya. Dengan begitu, mereka tak mengesampingkan ketaatan walaupun tampaknya sederhana.
Sebab, boleh jadi di balik ketaatan yang tampaknya sederhana itulah terdapat ridha-Nya. Kedua, Allah merahasiakan murka-Nya terhadap hamba-Nya yang “berani” melakukan kemaksiatan. Ini bertujuan agar hamba-Nya itu bersungguh-sunguh menjauhi kemaksiatan.
Dengan begitu, hamba-Nya tidak akan menyepelekan kemaksiatan dalam segala bentuknya kendati tampaknya sederhana. Sebab, boleh jadi di balik kemaksiatan yang tampaknya sederhana itulah terdapat murka-Nya.
Ketiga, Allah merahasiakan kapan datangnya malam kemuliaan atau Lailatul Qadar. Tujuannya, agar hamba-Nya bersungguh-sungguh beribadat sepanjang bulan suci Ramadhan. Seperti dijelaskan dalam firman-Nya, Lailatul Qadar itu lebih baik dibandingkan seribu bulan.
Allah berfirman, “Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS al-Qadr [97]: 3). Ambil contoh, sebagaimana dinyatakan dalam sabda Rasulullah SAW, pahala (amalan) sunah di dalamnya ditingkatkan menjadi setara dengan pahala (amalan) wajib.
Keempat, Allah merahasiakan wali-Nya terhadap hamba-Nya. Hal tersebut dimaksudkan agar hamba-Nya tidak merendahkan derajatnya. Selain itu, agar hamba-Nya tidak meminta didoakan oleh mereka. Jadi, hamba tersebut tidak meremehkan mereka.
Sebab, boleh jadi orang yang diremehkan itu adalah wali-Nya. Kelima, Allah merahasiakan datangnya ajal di balik umur hamba-Nya. Maksudnya agar seorang hamba mempersiapkan diri dengan baik sepanjang hayatnya untuk menyambut kedatangan ajalnya.
Sebab, sejatinya kematian itu bisa datang secara tiba-tiba. Sedangkan, yang keenam, Allah merahasiakan datangnya waktu shalat Wustha. Hal tersebut dimaksudkan agar hamba-Nya bersungguh-sungguh mengikhtiarkannya.
Sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya, shalat Wustha merupakan shalat paling utama di antara shalat lima waktu. Allah berfirman, “Peliharalah segala shalat (kalian) dan (peliharalah pula) shalat Wustha. Berdirilah untuk Allah (dalam shalat kalian) dengan khusyuk.’” (QS al-Baqarah [2]: 238).
Ada yang berpendapat, yang dimaksud shalat Wustha (shalat yang di tengah-tengah) adalah shalat Ashar. Tetapi, yang tahu persis hanya Allah. Selain merahasiakan enam perkara tersebut, Allah juga merahasiakan saat paling mustajab pada Jumat.
Hamba-Nya yang berdoa tepat pada saat paling mustajab itu pasti akan dikabulkan oleh-Nya. Dengan begitu, hamba-Nya akan bersungguh-sungguh mendapatkannya sepanjang Jumat. Ada yang berpendapat saat paling mustajab pada Jumat adalah waktu Ashar. Akan tetapi, yang tahu persis hanya Allah. Wallahu ‘alam.