REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) akan mengirim tim bedah ke Gaza jika serangan Israel semakin masif. Ketua Presidium MER-C dr Sarbini Abdul Murad menyampaikan, saat ini memang sudah gencatan senjata antara militer Israel dan Jihad Islam Palestina. Namun, diperkirakan gencatan senjata ini tidak akan lama.
"Sekarang ini masih ada serangan-serangan sporadis yang dilakukan Israel. Kalau semakin masif, kita akan mengirim tim bedah ke Gaza," tutur dia kepada Republika.co.id, Rabu (10/8/2022).
Sarbini menjelaskan, tim bedah ini adalah tim khusus yang terdiri dari tiga posisi, yaitu dokter anastesi, dokter ortopedi dan perawat. Jumlah personel pada setiap posisi didasarkan pada perkembangan di lapangan. Kemungkinan perawat yang akan dibawah berjumlah dua perawat atau lebih, tergantung situasi.
"Kita punya Rumah Sakit Indonesia di sana, dan banyak korban yang dievakuasi ke Rumah Sakit itu. Nanti kita bekerja di situ untuk bisa mempercepat penanganan terhadap korban-korban luka. Kita coba tangani kalau korban semakin banyak," tutur dia.
Sarbini juga menambahkan, di tengah serangan Israel yang masif, para dokter tentu kelelahan karena banyak korban luka yang berjatuhan. Terlebih pasokan obat-obatan juga tidak bertambah karena ada blokade oleh Israel. Untuk itu, diperlukan tambahan pasokan obat-obatan dan perlengkapan bedah.
"Dan juga, dokter ini dibutuhkan tetapi mereka kelelahan sehingga perlu ada shift. Dari sisi medis sangat dibutuhkan untuk saat ini. Ditambah lagi rumah sakit pasti penuh dengan korban yang begitu banyak," ungkapnya.
Jumlah dokter yang ada, terang Sarbini, cukup untuk kondisi normal. Namun, gencarnya serangan yang dilancarkan Israel mengakibatkan jatuhnya korban hingga ratusan orang. Dalam kondisi demikian, jumlah dokter saat ini tidak cukup untuk menanganinya sehingga membutuhkan dokter dari luar, perlengkapan bedah dan obat-obatan.
Selain dari aspek medis, MER-C juga memiliki program tahunan untuk membantu warga Palestina. Di antaranya daging kurban Idul Adha, pembagian kebutuhan pangan, dan alat-alat tulis untuk anak-anak Palestina. Bantuan ini di luar dari program rutinnya pada bidang medis.
"Karena kita memang fokus di rumah sakit. Karena rumah sakit ini sangat berdampak positif bagi masyarakat. Setiap hari ada korban yang masif. Perang itu setiap hari dan selalu ada korban setiap hari," ujarnya.
Rumah Sakit Indonesia di Gaza, lanjut Sarbini, berada dekat dengan perbatasan Israel sehingga korban di sana lebih banyak. Evakuasi pertama langsung ke rumah sakit Indonesia itu. Dalam kondisi normal, ruang rawat rumah sakit menampung sekitar 100 orang.
"Tetapi jika pasien bertambah, bisa menampung dua ratusan per hari. Kemarin ada serangan yang mengakibatkan tambahan korban luka-luka. Penanganan terhadap korban luka ini harus cepat," ujarnya.