Rabu 20 Jul 2022 16:16 WIB

Ketua MUI: Maksimalkan Masjid Sebagai Pusat Literasi Keagamaan

Masjid harus secara maksimal dijadikan sebagai pusat literasi keagamaan yang baik.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Agung Sasongko
Ketua Dewan Masjid Indonesia Jusuf Kalla saat sambutan dalam Konferensi Internasional Komunitas Masjid Asean Tahun 2022 di Gedung DMI, Jalan Matraman, Jakarta Timur, Rabu (20/7).
Foto: Tim Media JK
Ketua Dewan Masjid Indonesia Jusuf Kalla saat sambutan dalam Konferensi Internasional Komunitas Masjid Asean Tahun 2022 di Gedung DMI, Jalan Matraman, Jakarta Timur, Rabu (20/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional, Sudarnoto Abdul Hakim menyampaikan, penyelenggaraan Konferensi Internasional Komunitas Masjid ASEAN 2022 yang diinisiasi Dewan Masjid Indonesia sangat tepat seiring berkembangnya berbagai masalah dan tantangan umat Islam.

"Ada salah satu masalah internal umat yang dalam tingkat tertentu mengganggu ukhuwah Islamiyah akibat perbedaaan faksional politik yang cukup tajam atau bahkan karena perbedaan pandangan pemahaman dan praktik keagamaan di kalangan umat," kata dia kepada Republika.co.id, Selasa (20/7).

Baca Juga

Karena itu, menurut Sudarnoto, masjid harus secara maksimal dijadikan sebagai pusat literasi keagamaan yang baik, dan penguatan Islam moderat dan ukhuwah Islamiyah. Dia mengatakan, perlu dirumuskan secara matang tentang format kerja sama antarmasjid di ASEAN dalam rangka memperkokoh ukhuwah Islamiyah.

Beberapa masalah lain yang muncul dan dihadapi oleh umat Islam, lanjut Sudarnoto, antara lain ialah semakin merebak dan berkembangnya Islamofobia di banyak negara yang juga perlu menjadi agenda dan perhatian dalam konferensi. Atas masukan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), PBB sudah menetapkan sebuah keputusan penting untuk melawan Islamofobia.

Sudarnoto mengungkapkan, masukan OKI dan keputusan PBB itu menunjukkan bahwa gerakan Islamofobia sudah mencapai tingkat yang sangat menghawatirkan. Tidak saja sekadar sangat mengganggu dan merusak Islam dan umat islam, pemikiran dan gerakan Islamofobia juga merusak atau menginjak-injak kedaulatan dan martabat manusia, dan bahkan hukum internasional.

Pemikiran dan gerakan Islamofobia, menurut Sudarnoto, adalah musuh bersama lintas agama, budaya dan bangsa. Untuk itu, masjid di mana pun harus menjadi salah satu instrumen penting dalam melakukan perlawanan terhadap pemikiran dan gerakan Islamofobia ini dengan cara-cara yang berkeadaban.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement