Jumat 20 May 2022 03:45 WIB

Berjilbab Bagi Pekerja Muslimah Kanada Masih Menjadi Tantangan

Hijab secara inheren dipandang tidak profesional

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Agung Sasongko
Muslimah Kanada berjalan melewati sebuah gereja di Montreal, Kanada. (Ilustrasi)
Foto:

Ketika tempat kerja lebih inklusif bagi perempuan Muslim atau orang-orang terpinggirkan lainnya Gunjal mengatakan bahwa upaya perlu melampaui perubahan tingkat permukaan. Dalam pengalamannya bekerja di EDI, ia mengatakan bahwa ia sering ditanyai tentang pengalamannya yang terasa performatif. 

Namun, dalam perannya saat ini, dia mengatakan bahwa dia merasa seperti melakukan percakapan yang berasal dari keinginan tulus untuk menciptakan tempat kerja yang aman dan ramah.

“Ketika melihat budaya Anda sebagai sebuah organisasi, ini bukan hanya tentang representasi atau keragaman. Ini tentang menciptakan lingkungan di mana orang-orang dari berbagai latar belakang merasa nyaman menjadi diri mereka sendiri,"ujar Gunjal.

Tantangan menavigasi tempat kerja sebagai wanita berhijab semakin rumit di Quebec, di mana jilbab secara eksplisit dilarang dalam profesi tertentu. Pemberlakuan undang-undang sekularisme yang berlaku yang dikenal sebagai RUU 21 mencegah mereka yang berada di banyak pekerjaan sektor publik mengenakan simbol-simbol agama.

Pada tahun 2021, guru sekolah dasar Quebec Fatemeh Anvari dicopot dari posisinya karena berhijab. Kasus ini merupakan indikasi dari isu-isu yang lebih luas yang berdampak pada karir perempuan Muslim di Quebec.

"Di Kanada, ketika seorang wanita memutuskan bahwa dia siap dan dia ingin mengenakan jilbab, dia tidak bisa hanya memikirkan konsekuensi agama,” kata Lina El Bakir, petugas advokasi yang berbasis di Quebec dengan Dewan Nasional Muslim Kanada ( NCCM). 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement