REPUBLIKA.CO.ID, KANADA -- Mengenakan jilbab adalah keputusan agama individu seorang muslimah, tetapi banyak wanita Muslim di Kanada menghadapi konsekuensi profesional yang tidak semestinya karena menggunakan hak mereka untuk mengenakan apa yang mereka pilih.
“Bagi sebagian orang, hijab secara inheren dipandang tidak profesional dengan sendirinya,” kata Saleh, yang merupakan asisten profesor di Fakultas Pendidikan di Concordia University of Edmonton.
Saleh mengatakan bahwa wanita yang mengenakan jilbab distereotipkan sebagai orang yang tertindas secara lahiriah, berpotensi tidak cerdas atau cukup mampu untuk membuat keputusan yang tepat dan rasional tentang tubuhnya.
Shefaly Gunjal adalah manajer ekuitas, keragaman dan inklusi (EDI) di Hubungan Warga, sebuah perusahaan komunikasi dan PR global. Dia mencatat bahwa tantangan tambahan bagi wanita Muslim yang mengenakan jilbab adalah bahwa mereka seringkali menjadi satu-satunya orang yang terlihat Muslim di tempat kerja mereka. Karena itu, mereka mungkin mengalami pengawasan yang ketat.
“Anda seperti menjadi mercusuar agama, di mana orang membawa semua asumsi mereka tentang uslim kepada Anda. Ini bisa menjadi agak berlebihan,"ujar Gunjal dilansir di theglobeandmail.com.
Gunjal mengatakan bahwa wanita Muslim yang terlihat di tempat kerja mungkin mengalami kurangnya kekuasaan dan hak istimewa pada ranah ras, gender dan agama. Ini, kata dia, disertai dengan asumsi yang salah yang menghilangkan agensi.
“Saya dapat memberi tahu Anda dari pengalaman pribadi bahwa jilbab adalah pilihan yang saya buat dan saya rayakan untuk diri saya sendiri, dan saya sangat bersemangat tentang itu,"ujar Gunjal.