REPUBLIKA.CO.ID, KINGSTON -- Jamaika dan Arab Saudi telah meneken nota kesepahaman (MoU) untuk berkolaborasi dalam pengembangan pariwisata yang berkelanjutan dan tangguh antara kedua negara. MoU ini diteken oleh Menteri Pariwisata Jamaika Hon. Edmund Bartlett dan Menteri Pariwisata Arab Saudi HE Ahmed Khateeb.
Penandatanganan berlangsung pada Misi Tetap Kerajaan Arab Saudi untuk PBB, dalam rangka Debat Tematik Tingkat Tinggi PBB tentang Pariwisata. Kedua menteri pariwisata juga akan menetapkan cetak biru untuk tren baru di PBB tentang bagaimana mengembangkan pariwisata berkelanjutan di tingkat global.
"Pentingnya perjanjian ini menandakan kolaborasi pertama antara negara dari Timur Tengah dan negara Karibia dalam pengembangan pariwisata, strategi pariwisata, dan pengaturan keberlanjutan serta ketahanannya," kata Menteri Bartlett, seperti dilansir laman Breaking Travel News, Jumat (6/5/2022).
Dia menambahkan, sumber daya yang tersedia untuk dikembangkan berdasarkan strategi dan langkah yang berkelanjutan tentu sangat penting. Strategi dan pengembangan yang berkelanjutan ini juga meliputi ketahanan dan pembangunan kapasitas serta manajemen risiko.
"Saya pikir, dengan bergabungnya kedua negara kita, satu di timur dan satu di barat, akan menunjukkan bahwa bersama-sama kita dapat memberikan kepemimpinan pemikiran untuk memperkuat keberlanjutan dan membangun ketahanan," kata Bartlett.
Ketahanan telah menjadi merek dagang Menteri Pariwisata Jamaika sejak ia membentuk Pusat Manajemen Krisis dan Ketahanan Pariwisata Global (GTRCMC). Di sisi lain, Saudi telah berinvestasi secara signifikan di pasar pariwisata yang sedang berkembang.
Jamaika telah menjadi negara mitra utama dalam pembangunan tersebut dan merupakan bagian dari kelompok negara yang telah bergabung bersama untuk mengembangkan pendekatan alternatif untuk masa depan pariwisata dunia.
GTRCMC didirikan pada 2018 oleh Bartlett dan mantan sekretaris jenderal Organisasi Pariwisata Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNWTO), Taleb Rifai. GTRCMC berkantor pusat di Jamaika dan didirikan untuk mengatasi gangguan dan krisis dalam pariwisata.
Pusat ini berbasis di Universitas Hindia Barat, dan merupakan pusat sumber daya akademik pertama yang didedikasikan untuk menangani krisis dan ketahanan untuk industri perjalanan di Karibia. Salah satu tujuannya membantu destinasi dalam kesiapsiagaan, manajemen, dan pemulihan dari gangguan dan krisis yang berdampak pada pariwisata dan mengancam ekonomi dan mata pencaharian secara global.
Tahun lalu Jamaika terpilih sebagai 'Tujuan Keluarga Terkemuka Dunia', 'Tujuan Pernikahan Terkemuka Dunia', 'Tujuan Utama Karibia' dan 'Dewan Wisata Terkemuka Karibia' oleh para pemilih Penghargaan Perjalanan Dunia. Sementara itu, Riyadh, ibu kota Kerajaan Arab Saudi, akan menjadi tuan rumah KTT Global ke-22 Dewan Perjalanan & Pariwisata Dunia dari 29 November hingga 2 Desember tahun ini. Para pemimpin perjalanan dan pariwisata global bakal menghadirinya.