Sabtu 07 May 2022 03:45 WIB

Pesan Umar bin Abdul Aziz dan Keutamaan Puasa Syawal

Umar bin Abdul Aziz, menyampaikan pesan tentang pentingnya berpuasa.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Agung Sasongko
Ilustrasi Berpuasa
Foto: Prayogi/Republika
Ilustrasi Berpuasa

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Salah satu khalifah di era Dinasti Umayyah, Umar bin Abdul Aziz, menyampaikan pesan tentang pentingnya berpuasa. Pesan ini patut direnungkan bagi setiap Muslim yang telah melewati puasa Ramadhan.

Imam sekaligus pengkhutbah di Masjid Sayyidah Zainab Kairo Mesir, Dr Abdullah Azab menyampaikan, Umar bin Abdul Aziz pernah berkata, "Siapa yang tidak memiliki sesuatu untuk disedekahkan, maka berpuasalah."

Baca Juga

Abdullah menjelaskan, perkataan tersebut bermakna bahwa jika seorang Muslim tidak mempunyai sesuatu yang bisa diberikan sebagai bentuk sedekah, maka hendaklah berpuasa. "Artinya di sini, puasa menjadi penebus perbuatan-perbuatan yang buruk," ungkapnya.

Dalam hal itulah, puasa Syawal ibarat sholat sunnah yang melengkapi atau menutup kekurangan pada sholat fardhu. Di Hari Kiamat kelak, Allah SWT akan menanyakan sholat sunnah yang dikerjakan seorang hamba jika sholat fardhunya memiliki kekurangan.

Dari Abu Hurairah Hurairah RA, dia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya amal manusia yang pertama kali akan dihisab kelak pada hari kiamat adalah sholatnya."

Rasulullah melanjutkan, "Allah SWT berfirman kepada para malaikat-Nya, sedangkan dia lebih mengetahui. 'Lihatlah sholat hamba-Ku, sudahkah dia melaksanakannya dengan sempurna ataukah terdapat kekurangan? Bila ibadahnya telah sempurna maka tuliskanlah untuknya pahala yang sempurna pula.' Namun bila ada sedikit kekurangan darinya, maka Allah berfirman, 'Lihatlah apakah hamba-Ku memiliki sholat sunnah dan bila dia memiliki sholat sunnah maka Allah berfirman sempurnakanlah untuk hamba-Ku kekurangannya pada sholat wajib dengan sholat sunnahnya.' Demikian semua ibadah akan menjalani proses yang serupa."

Abdullah juga menerangkan, seorang Muslim yang melanjutkan puasa setelah Ramadhan, dalam hal ini puasa Syawal, maka ini menjadi tanda diterimanya puasa yang dikerjakan selama bulan suci Ramadhan.

"Karena jika Allah SWT menerima amal ibadah seorang hamba, maka Dia membimbing hamba tersebut ke amal sholeh berikutnya. Pahala untuk suatu kebaikan membuahkan kebaikan setelahnya," kata dia.

Di dalam puasa, jelas Abdullah, juga tersimpan rasa syukur atas nikmat kesempurnaan. Generasi salaf, jika mereka mampu menghabiskan satu malam dengan amal ibadah, maka dilanjut dengan menunaikan ibadah puasa sebagai rasa syukur atas keberhasilan melaksanakannya.

"Amal ibadah yang dikerjakan pada Ramadhan tidak terputus. Ketaatan setelah bulan suci itu adalah bukti bahwa puasa yang dikerjakan selama Ramadhan bukanlah beban," tuturnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement