REPUBLIKA.CO.ID,AMMAN --Raja Yordania Abdullah II mengatakan pada Senin (18/4), bahwa tindakan sepihak Israel terhadap jamaah Muslim di masjid al-Aqsa Yerusalem secara serius merusak prospek perdamaian di wilayah tersebut. Dia menyalahkan Israel atas tindakan provokatif telah melanggar status quo hukum dan sejarah tempat suci umat Islam itu.
Monarki Hashemite Raja Abdullah II telah menjadi penjaga situs-situs tersebut sejak 1924. Yordania membayar pemeliharaan area masjid al-Aqsa dan memperoleh sebagian legitimasinya dari peran tersebut.
Sementara Kerajaan Yordania memiliki kesepakatan damai dengan Israel dan mempertahankan hubungan keamanan yang kuat, banyak orang Yordania membenci Israel dan mendukung kemerdekaan Palestina dalam membentuk negara. Lebih dari 87 deputi di parlemen Yordania yang beranggotakan 130 orang meminta pemerintah untuk membatalkan kesepakatan damai yang tidak populer di negara itu pada Senin.
Protes sporadis di seluruh negeri telah bermunculan dalam beberapa hari terakhir dalam solidaritas dengan Palestina. Raja Yordania pun melakukan pembicaraan dengan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres.
Sekitar 152 warga Palestina terluka akibat polisi anti huru hara Israel di dalam kompleks masjid al-Aqsa pada Jumat pekan lalu. Tindakan ini menjadi tanda peningkatan kekerasan yang telah menimbulkan kekhawatiran akan kembali ke konflik yang lebih luas.
Ramadhan tahun lalu, pasukan Israel pun melakukan hal yang sama dengan melakukan kekerasan terhadap warga Palestina, hingga berbuntut pada serangan rudal antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza selama 11 hari. Pada peristiwa ini menewaskan lebih dari 250 warga Palestina di Gaza dan 13 orang di Israel.
Sumber: