REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Peristiwa pembantaian di Sudan telah memicu seruan untuk memboikot Uni Emirat Arab (UEA) dalam beberapa hari terakhir. Seruan tersebut dilakukan menyusul tersebarnya video di media sosial yang menggambarkan sadisnya Pasukan Dukungan Cepat (RSF) saat mengambil alih Kota El Fasher awal pekan ini.
Milisi yang didukung Uni Emirat Arab menyerbu ibu kota negara bagian Darfur Utara. Mereka melakukan pembantaian dan kekejaman yang didokumentasikan dan dibagikan di media sosial oleh kelompok milisi sendiri.
Tidak ada kode iklan yang tersedia.
Menurut perkiraan awal, lebih dari 2.000 warga sipil tewas dalam beberapa jam pertama setelah RSF memasuki El Fasher. Warga sipil dieksekusi secara singkat, beberapa dibakar hidup-hidup di dalam rumah atau kendaraan mereka.
'Habibi, Boikot Dubai'
Di platform media sosial, unggahan untuk menyerukan boikot UEA mendapatkan perhatian yang signifikan, seperti dilaporkan The New Arab.
Satu unggahan yang dibagikan ratusan ribu kali di Instagram berbunyi, "Habibi boikot Dubai (Dan UEA)", sebuah plesetan dari slogan yang sebelumnya digunakan dalam lagu dan unggahan media sosial untuk mendorong pariwisata ke negara tersebut. Postingan tersebut dibagikan oleh beberapa akun media sosial terkemuka, termasuk akun aktivis Greta Thunberg.
"Mengapa? Di Sudan sedang terjadi genosida yang dilakukan oleh Pasukan Dukungan Cepat yang didanai dan dipersenjatai oleh UEA," lanjut postingan tersebut.
Di X, tagar #boycottUAE juga menjadi tren dalam beberapa hari terakhir. Pengguna media sosial membagikan postingan serupa mengenai keterlibatan Emirat dalam konflik Sudan.
Lihat postingan ini di Instagram




