REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh memperingatkan Israel agar tidak membawa pengungsi Yahudi Ukraina ke permukiman Israel di Tepi Barat. Dia menuturkan, Israel mengeksploitasi krisis Ukraina untuk memindahkan pengungsi Ukraina ke permukiman baru di Palestina.
Hal itu disampaikan Shtayyeh menyusul adanya laporan tentang kedatangan orang Ukraina ke permukiman di Tepi Barat. Dia menyerukan diakhirinya standar ganda internasional dalam menangani situasi di Ukraina dan Palestina.
"Israel, kekuatan yang menduduki tanah kami, mencuri kemampuan kami, membunuh, menangkap dan mengintimidasi rakyat kami, tidak memenuhi syarat untuk berbicara tentang perdamaian di dunia sedangkan mereka menduduki tanah kami dengan paksa," tutur dia seperti dilansir Asharq Al-Awsat, Selasa (22/3/2022).
Pada 2021, pasukan Israel melarang lebih dari 10 ribu warga Palestina bepergian di bawah tindakan sewenang-wenang. Dia menyebut itu merupakan hukuman kolektif yang dilakukan oleh otoritas Israel terhadap warga Palestina.
Shtayyeh juga mendesak masyarakat internasional membantu mengakhiri pelanggaran Israel. Selain itu, menyerukan Uni Eropa dan PBB untuk campur tangan untuk menghentikan kondisi yang dikenakan pada masuknya sarjana internasional ke universitas-universitas Palestina.
Dalam beberapa pekan terakhir, keluarga asal Ukraina yang melarikan diri dari perang tinggal di permukiman di Tepi Barat, termasuk Yitzhar, benteng bagi para ekstremis yang biasanya menyerang warga Palestina dan properti mereka. Sejak awal perang Ukraina, Israel menyambut kedatangan pengungsi dari Ukraina. Kepala Dewan Permukiman Regional di Tepi Barat utara Yossi Dagan mengatakan dewan membuka pintu dan hati bagi orang Yahudi Ukraina.