Menurut Assadi, tentu itu adalah pilihan pribadinya untuk mengikuti agamanya. Dia melanjutkan, mereka akan berjuang untuk itu sampai mereka mendapatkan keadilan. Kontroversi jilbab Karnataka dimulai pada Januari lalu ketika sebuah sekolah yang dikelola pemerintah di distrik Udupi melarang pelajar perempuan yang mengenakan jilbab memasuki ruang kelas, sehingga memicu protes oleh Muslim dan protes balik oleh siswa Hindu sayap kanan.
Para perempuan Muslim itu kemudian memprotes dan mengajukan petisi di Pengadilan Tinggi Karnataka untuk menentang keputusan perguruan tinggi mereka. Assadi dan teman-temannya tidak menghadiri kelas sejak Desember padahal sebagian besar perguruan tinggi tengah mengadakan ujian.
Presiden Front Kampus India, MS Sajid, menyampaikan dalam akun Twitternya, Pengadilan Karnataka menyangkal hak konstitusional warga negara. "Kami tidak pernah menerima putusan yang bertentangan dengan konstitusi dan akan melanjutkan perjuangan melawan upaya untuk menekan hak-hak individu," ucapnya.
Setelah putusan pengadilan diumumkan, aksi protes pun tak dapat dielakkan di antaranya di Chennai dan Bengaluru. Hiba Sheik, seorang pelajar yang belajar di sebuah perguruan tinggi di Mangalore, mengatakan, hak-hak mereka dilanggar melalui putusan tersebut. Dia mengaku tidak akan menghadiri kelas tanpa jilbab. "Kami akan melanjutkan perjuangan kami secara legal dan demokratis," kata Sheik.
Sheik muncul sebagai salah satu wajah wanita Muslim untuk memperjuangkan jilbab baru-baru ini setelah dia menghadapi kelompok pemuda Hindu sayap kanan yang melecehkan dirinya dengan melarang Sheik menghadiri ujian dengan jilbabnya. Pemuda tersebut adalah bagian dari Akhila Bharatiya Vidyarthi Parishad (APVP), sebuah organisasi yang berafiliasi dengan pemerintah Partai Bharatiya Janata (BJP) yang berkuasa.