Yuksel menambahkan, laporan Biro Diskriminasi Swedia memang menunjukkan diskriminasi terhadap imigran. Pihak berwenang dan peneliti juga mencatat bahwa anak-anak imigran lebih sering dikeluarkan dari keluarga mereka daripada anak-anak etnis Swedia.
Salah satu contohnya adalah Mariya Ellmoutaouakkil, seorang ibu berusia 35 tahun dari tiga anak yang berimigrasi ke Swedia dari Maroko lebih dari satu dekade lalu. Dua anaknya, putranya yang berusia 10 tahun dan putrinya yang berusia 6 tahun, telah dipindahkan dari perawatannya.
"Layanan sosial telah membawa anak-anaknya atas tuduhan kekerasan yang tidak berdasar," kata Yuksel. Satu-satunya bukti dalam kasus ini adalah wawancara yang dilakukan pekerja sosial dengan anak-anaknya yang ditolak aksesnya.
"Ini bisa mulai terasa seperti penculikan bagi saya sebagai seorang ibu. Ketika kami sebagai orang tua tidak mendapatkan jawaban, saya bisa mengerti bahwa mereka menyebutnya begitu," tambah Ellmoutaouakkil.
Diab Talal dan istrinya Amal Sheikho, yang berimigrasi ke Swedia pada 2017 melalui program pemukiman kembali pengungsi PBB, juga membawa anak-anak mereka dibawa pergi. Empat anak mereka diambil pada tahun yang sama ketika mereka tiba di Swedia, sedangkan yang kelima diambil pada tahun 2021 segera setelah lahir.
"Kami datang ke Swedia dari jalan yang penuh tekanan dan perang. Ketika kami pertama kali tiba, kami tertekan. Mereka mengambil empat anak kami dari kami atas keluhan tetangga kami bahwa kami menggunakan kekerasan terhadap anak-anak kami," kata Talal.