Jumat 25 Feb 2022 05:35 WIB

Layanan Sosial Swedia dan Tudingan Penculikan Anak-Anak Imigran Muslim

Layanan sosial Swedia mendapat kecaman karena mengambil anak-anak dari imigran Muslim

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Agung Sasongko
Muslim Swedia melaksanakan shalat berjamaah usai berbuka puasa bersama.
Foto: Worlbulletin.net
Muslim Swedia melaksanakan shalat berjamaah usai berbuka puasa bersama.

REPUBLIKA.CO.ID,  STOCKHOLM -- Layanan sosial negara Skandinavia mendapat kecaman karena mengambil anak-anak dari keluarga imigran Muslim dan menganiaya mereka. Sejak akhir 2021, media sosial telah menunjukkan peningkatan permasalahan tersebut dalam video viral otoritas Swedia yang mengeluarkan anak-anak imigran Muslim dari rumah mereka.

Tudingan yang menyebar luas itu juga menyebut anak-anak ditempatkan di rumah asuh Kristen di mana mereka menjadi sekular atau berasimilasi dengannya. Misalnya, diberi makan daging babi dan minum alkohol. Beberapa bahkan menuduh bahwa anak-anak itu ditahan oleh layanan sosial, atau ditempatkan dengan pedofil.

Baca Juga

Swedia telah membantah tuduhan itu dan menyebutnya sebagai disinformasi yang disebarkan melalui video viral yang kemudian menyebabkan ketidakpercayaan di antara keluarga imigran. Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Swedia memperingatkan kampanye disinformasi sedang berlangsung dan menegaskan bahwa layanan sosial selalu mengutamakan keselamatan dan kesejahteraan anak.

Kemenlu juga menekankan pekerja sosial hanya dapat memisahkan anak-anak dari keluarga mereka dengan persetujuan, atau melalui perintah pengadilan jika keluarga tidak secara sukarela bekerja sama.

Menteri Migrasi dan Integrasi Anders Ygeman mengatakan masalah itu sedang didiskusikan dengan LSM Muslim, sambil menegaskan bahwa layanan sosial Swedia sama sekali tidak menculik anak-anak. Menurut dia, kampanye disinformasi sebagian didorong oleh orang tua yang frustrasi yang gagal dalam mengasuh anak mereka.

"Yang sekarang menyalahkan pihak berwenang karena marah. Ada juga kekuatan jahat yang ingin mengeksploitasi frustrasi orang tua ini untuk menyebarkan ketidakpercayaan dan perpecahan," tambah Ygeman, seperti dilansir TRT World, Kamis (24/2).

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement