REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Singgih (42) merupakan pejuang kemanusiaan yang aktif di berbagai lembaga dan organisasi. Namun kini harus terhenti geraknya seiring dengan kondisi berat badan yang terus meningkat.
Lima bulan terakhir ini berat badannya naik drastis hingga mencapai kurang lebih 200-an Kg. Hal itu terjadi pasca operasi pengangkatan benjolan lemak di perutnya. Sejak itu berat badannya terus meningkat.
"Kini kedua kakinya tidak mampu menopang berat badannya sehingga saat ini hanya bisa berbaring dan duduk, tidak mampu untuk berjalan," terang Koordinator Program BMH, Dhiyauddin, Sabtu (12/2).
Kondisi ini tentu sangat menyiksa bagi lelaki dengan nama lengkap Singgih Sugiarto itu. Terhitung sudah beberapa rumah sakit besar didatangi untuk berobat. Kedatangannya itu untuk memastika apakah dia menderita penyakit atau tidak.
"Namun dari pihak rumah sakit mengatakan dia tidak menderita penyakit apapun. Dan disarankan untuk konsultasi kepada dokter gizi," imbuh Dhiyauddin dalam rilis yang diterima Republika.co.id.
"Pengenya sih saya bisa normal kembali. Bisa kembali beraktivitas, bisa seperti Arya (bocah Karawang yang juga obesitas) namun saat ini masih terbatas dananya, karena ternyata cukup mahal untuk operasinya," ucap ayah dari seorang anak itu.
Sang ibu, Hj Tini bercerita bahwa dirinya kini harus merawat anaknya seperti bayi lagi.
"Namun bedanya ini besar sekali, dan saya sekarang sudah sakit-sakitan, kalau dulu pas dia bayi kan saya masih kuat," ucapnya dengan deraian air mata.
"Doain yah, kan kita saudara seiman. Semoga Singgih bisa normal kembali," tuturnya penuh harap.
Merespons hal tersebut BMH dan Bazis DKI memberikan bantuan untuk biaya berobat dan operasional keluarga.
"BMH dan Bazis DKI berikan bantuan itu karena saat ini Singgih sudah tidak bekerja, namun harus tetap berobat ke dokter, dan untuk biaya sekali berobat cukup besar. Semoga bantuan ini memberi motivasi untuk sehat kembali bagi Singgih dan keluarga," tutup Dhiyauddin.